• Oase

Masjid Qiblatain dan Kisah Pemindahan Arah Kiblat

Rizki Ramadhani | Kamis, 30/06/2022 08:21 WIB
Masjid Qiblatain dan Kisah Pemindahan Arah Kiblat Ilustrasi salat depan kabah (foto: darunnajah)

JAKARTA - Arah kiblat merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh seluruh kaum muslim di manapun berada, karena terkait ibadah salat dan berbagai ibadah lainnya. Dilatar belakangi hal tersebut, maka akan diuraikan secara ringkas tentang Masjid Qiblatain dan peristiwa pemindahan arah kiblat kaum muslim dari Masjidil Aqsha ke Ka’bah.

Sudah lebih dari 10 bulan sejak hijrah ke Madinah, namun, Rasulullah ﷺ terus-menerus memohon kepada Allah ﷻ dan berharap agar kiblat yang pada saat Itu ke Baitul Maqdis dipindahkan ke Ka’bah yang merupakan kiblatnya Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam dan para nabi lainnya.

Pada suatu hari, Nabi ﷺ pergi ke Bani Salimah mengunjungi ibu dari Basyar bin Barra’ bin Ma’rur رضي الله عنه yang meninggal dunia. Saat tiba waktu zuhur, Nabi ﷺ dan para sahabat Radhiyallahu ‘Anhu Ajma’in bergegas menuju Masjid Bani Salamah.

Ketika itu Rasulullah ﷺ tengah salat dengan menghadap ke arah Masjidil Aqsha. Di tengah salat, tiba-tiba datang malaikat Jibril ‘Alaihis Salam menyampaikan wahyu surah Al-Baqarah ayat 144, sambil mengisyaratkan untuk salat menghadap ke Baitullah dan Jibril pun salat menghadap ke sana.

Rasulullah ﷺ langsung memutar posisinya berpindah 180 derajat, maka diikuti oleh semua jamaah dengan bertukar posisi wanita pada kaum lelaki demikian pula sebaliknya sambil melanjutkan salat zuhur menghadap Masjidil Haram.

Peristiwa itu terjadi pada hari Senin bulan Rajab waktu zuhur tahun ke-2 Hijriyah di Masjid yang dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah ini, karena sebab itulah, masjid itu kemudian dinamai dengan Masjid Qiblatain yang artinya masjid berkiblat dua. Masjid yang menjadi saksi perpindahan arah kiblat kaum Muslim ini terletak di Quba, tepatnya di atas sebuah bukit kecil di sebelah utara Harrah Wabrah, Madinah.

Syariat perubahan arah kiblat menghadap ke Baitullah ini segera diberitahukan kepada kaum muslim di berbagai tempat lainnya. (Sebagai gambaran, Masjidil Aqsha, Al Quds (yang kudus, Baitul Maqdis) berada di sebelah utara, sedangkan Baitullah di Mekah di sebelah selatan, sehingga keduanya saling berhadapan).

Nabi ﷺ sudah mengetahui sebelumnya akibat dari perpindahan arah kiblat sebagaimana diberitakan kejadian yang akan datang dari Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 142. Pemindahan arah kiblat merupakan ujian untuk kaum muslimin apakah mau mendengar dan taat dengan bersegera mengikuti perintah Rasulullah ﷺ ataukah kembali kafir seperti dulu lagi. Selain itu juga untuk membedakan siapa saja yang disebut dengan al-muhajiruun al-awwalun (orang yang berhijrah yang pertama).

Berikutnya, menunjukkan kemuliaan dan keistimewaan tempat tersebut, yaitu tempat turunnya wahyu, kiblat kaum muslim, serta tempat pelaksanaan haji dan umrah, yang disediakan bagi umat terbaik, Nabi termulia ﷺ, dan kitab teragung, mereka adalah sebaik-baiknya zaman mereka hidup.

Selain itu, juga merupakan tempat yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Sebagaimana yang diketahui, pada awalnya, kiblat salat untuk semua nabi adalah Baitullah di Mekah yang dibangun pada masa nabi Adam ‘Alaihis Salam, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 96 :

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat ibadah manusia adalah Baitullah di Mekah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Juga menguatkan bahwa daerah tersebut berada di paling tengah sebagai poros bumi sesuai dengan letak geografis. itulah sebabnya Allah ﷻ menetapkan sebagai tempat bagi risalah penutup.

Maka dari tempat inilah, kemilau cahaya Islam menyebar ke seluruh penjuru bumi sebagai rahmat bagi alam semesta. Allah ﷻ telah berfirman mengisyaratkannya dalam Al-Qur’an surah Asy-Syuraa ayat 7. Semoga Allah ﷻ senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya. (Kontributor : Dicky Dewata)

 

FOLLOW US