• News

Tingkatkan Aliansi, Pejabat Tinggi AS Bertemu Marcos di Filipina

Yati Maulana | Jum'at, 10/06/2022 13:05 WIB
Tingkatkan Aliansi, Pejabat Tinggi AS Bertemu Marcos di Filipina Ferdinand Marcos Jr, presdien terpilih Filipina. Foto: Reuters

JAKARTA - Presiden terpilih Filipina Ferdinand Marcos bertemu dengan pejabat tinggi AS di Manila pada hari Kamis, menggarisbawahi upaya untuk melestarikan aliansi yang tegang oleh permusuhan pemimpin petahana Rodrigo Duterte terhadap Washington dan kedekatannya terhadap Beijing.

Filipina adalah titik tumpu persaingan geopolitik antara Amerika Serikat dan China. Meskipun negara Asia Tenggara itu memiliki perjanjian pertahanan dengan Amerika Serikat, hubungan mereka tetap terguncang oleh tawaran Duterte baru-baru ini ke China.

Analis juga melihat Marcos lebih menguntungkan Beijing daripada Washington, tetapi bulan lalu dia mengatakan akan mempertahankan wilayah berdaulat dan menentang perambahan China, dalam komentar terkuatnya tentang kebijakan luar negeri.

Meskipun hubungan diplomatik lebih hangat, Filipina dan China tetap berselisih mengenai klaim teritorial yang tumpang tindih di Laut China Selatan, jalur air strategis yang dilalui perdagangan senilai sekitar $3 triliun setiap tahun.

Beberapa negara termasuk Amerika Serikat telah menyuarakan keprihatinan tentang apa yang mereka lihat sebagai ketegasan China di kawasan itu.

Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman dan Marcos membahas keamanan regional, dan hak asasi manusia dan supremasi hukum di Filipina, kata Kedutaan Besar AS di Manila dalam sebuah pernyataan.

"Kami membahas penguatan aliansi lama kami, memperluas hubungan antar-warga, memperdalam hubungan ekonomi kami, memajukan hak asasi manusia, dan melestarikan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," kata Sherman di Twitter.

Marcos, yang akan menjabat pada 30 Juni, menggambarkan hubungan Filipina dengan Amerika Serikat sebagai hubungan khusus dan "sangat penting."

Tetapi hubungannya sendiri dengan itu diperumit oleh penghinaan terhadap perintah pengadilan karena penolakannya untuk bekerja sama dengan Pengadilan Distrik Hawaii, yang pada tahun 1995 yang memerintahkan keluarga Marcos untuk membayar $2 miliar kekayaan yang dijarah kepada para korban dari aturan ayahnya. Dia dan ibunya, Imelda Marcos, juga menghadapi denda $353 juta.

Marcos belum mengunjungi Amerika Serikat selama 15 tahun.

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Manila yang tidak secara langsung menangani kasus Marcos mengatakan, "Di bawah hukum internasional, seorang kepala negara yang menjabat diberikan kekebalan komprehensif dari yurisdiksi asing. Oleh karena itu, seorang presiden akan memiliki kekebalan dari yurisdiksi AS, termasuk ketika bepergian di Amerika Serikat."

FOLLOW US