• News

Swiss Jelang Musim Panas, Eril Kemungkinan Bisa Ditemukan di Sungai Aare

Tri Umardini | Selasa, 07/06/2022 05:30 WIB
Swiss Jelang Musim Panas, Eril Kemungkinan Bisa Ditemukan di Sungai Aare Swiss Jelang Musim Panas, Eril Kemungkinan Bisa Ditemukan di Sungai Aare. (FOTO: BERN.COM)

JAKARTA - Emmeril Kahn Mumtadz, putra sulung Ridwan Kamil yang hilang di Sungai Aare, Bern, Swiss, masih jadi perbincangan warganet Indonesia.

Eril demikian ia biasa disapa akrab sampai saat ini belum ditemukan.

Kendati Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil sudah pulang ke Indonesia, namun pencarian masih dilakukan oleh otoritas wilayah setempat, Bern, Swiss.

Kabar baik muncul saat pencarian memasuki pekan kedua di Bern, Swiss. Peluang Eril bisa ditemukan cukup besar. Lantaran Swiss masuk musim panas.

Hal itu berpengaruh pada debit Sungai Aare yang menurun.

Kondisi tersebut dipercaya bakal memudahkan proses pencarian jasad Eril anak Ridwan Kamil.

Kepolisian Swiss optimis dapat segera menemukan tubuh Eril yang dilaporkan hilang sejak 26 Mei 2022 lalu di Sungai Aare, Swiss.

Duta Besar Indonesia (Dubes RI) untuk Swiss Muliaman D Hadad pada konferensi pers virtual dari Bern, Senin (6/6/2022) menyatakan saat ini di Swiss mulai memasuki musim panas.

Pihak kepolisian Bern optimis, dengan naiknya temperatur akan terjadi perubahan debit air di Sungai Aare.

Musim panas juga berarti menambah intensitas aktivitas pengunjung di sepanjang Sungai Aare dan kemungkinan menemukan Eril semakin besar.

“Peningkatan dinamika air dan manusia diharapkan akan berkontribusi dalam proses pencarian,” kata Muliaman.

Dubes RI mengungkapkan, hal yang menjadi kendala dalam proses pencarian selama ini, utamanya adalah kondisi dinamis Sungai Aare itu sendiri, seperti faktor alam dan cuaca.

Secara kebetulan pada hari-hari terakhir, Bern diguyur hujan.

“Sebagaimana sudah saya sampaikan dalam keterangan sebelumnya, debit air pada saat kejadian mencapai sekitar 200 meter kubik per detik, debit air ini berubah setiap hari tergantung pada intensitas pencairan glacier dari pegunungan di Bern yang dipengaruhi naiknya hujan maupun temperatur udara di pegunungan,” ujarnya.

Dubes Muliaman menjelaskan, beberapa hari setelah kejadian, volume debit air masih tinggi disertai kekeruhan yang juga cukup tinggi yang berasal dari unsur partikel salju yang mencair.

Namun, laporan pada hari Jumat, debit air mencapai 150 meter kubik atau lebih kecil pada saat kejadian.

Hal ini diharapkan akan membantu proses pencarian, walaupun ujungnya semua masih tergantung dengan kondisi alam dan faktor pendukung lainnya.

“Kemarin Jumat kami mendapat laporan bahwa debit air mencapai sekitar 150 meter kubik per detik atau lebih kecil dibandingkan dengan debit air pada saat kejadian hari Kamis tanggal 26 Mei 2022 yang lalu. Namun bagaimanapun Sungai ini adalah Sungai yang sangat dinamis yang sewaktu-waktu bisa berubah tergantung keadaan alam,” ujarnya. (*)

 

FOLLOW US