• News

6 Juni 1901 Hari Lahir Soekarno, Simak Sejarah Jejak Sang Proklamator

Tri Umardini | Senin, 06/06/2022 03:01 WIB
6 Juni 1901 Hari Lahir Soekarno, Simak Sejarah Jejak Sang Proklamator 6 Juni 1901 Hari Lahir Soekarno, Simak Sejarah Jejak Sang Proklamator. (FOTO: HO/IST)

JAKARTA - Pada 6 Juni 1901 Presiden RI dan proklamator kemerdekaan, Soekarno lahir di Surabaya.

Tepat hari ini, Senin (6/6/2022), bangsa Indonesia memperingati hari lahirnya Soekarno atau biasa disebut Bung Karno.

Ada beberapa pendapat lain yang berbeda dengan versi umum tersebut. Soekarno sendiri mengaku lahir pada 6 Juni 1901.

Berikut sejarah lahirnya Presiden RI pertama ini. Bayi pria bernama Kusno lahir dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai.

Hal ini terungkap dalam biografi Soekarno yang ditulis Cindy Adams, Soekarno Penyambung Lidah Rakyat (cetakan pertama 1965).

Dalam buku itu, Soekarno mengaku lahir saat fajar. Karena itu, banyak yang menyebut Soekarno sebagai "Putra Sang Fajar".

"Bersamaan dengan kelahiranku menyingsinglah fajar dari suatu hari yang baru dan menyingsing pulalah fajar dari satu abad yang baru," demikian penuturan Soekarno, seperti tertulis dalam buku yang ditulis Cindy Adams.

Dalam biografi itu, Soekarno juga mengaku lahir di Surabaya.

Meski begitu, versi yang selama ini beredar pada era Orde Baru menyebut Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur.

Namun, bukti dokumen memperlihatkan pernyataan berbeda dari versi kelahiran Soekarno pada 6 Juni 1901.

Dikutip dari Historia, berdasarkan buku induk mahasiswa Technische Hogeschool (kini Institut Teknologi Bandung), Soekarno tercatat lahir di Surabaya pada 6 Juni 1902.

Bukti otentik yang memuat data pribadi Soekarno saat kuliah itu dimiliki Bambang Eryudhawan, arsitek dan pemerhati sejarah.

Menurut Bambang, buku induk mahasiswa itu dibuat sejak TH berdiri pada 1920 sampai dengan masa sebelum kedatangan Jepang.

Dalam dokumen, nama yang tertulis adalah "Raden Soekarno", bukan lagi "Koesno" yang merupakan nama lahir Soekarno.

"Soekarno ada di nomor urut 55. Dia masuk TH Bandung pada 1921, artinya setahun setelah TH didirikan," ujar Bambang, dikutip dari Historia.

Sementara itu, dokumen harian Kompas menyebut versi yang jarang diketahui umum.

Dalam harian Kompas yang terbit pada 5 Oktober 1970, ada kemungkinan Soekarno lahir sebelum 23 Mei 1901.

Versi ini diungkap paman Soekarno, Soemodihardjo. Menurut penuturan dia, kelahiran Soekarno ditandai dengan letusan Gunung Kelud pada 23 Mei 1901.

Saat itu, Soemodihardjo sedang bersekolah di kweekschool (setingkat sekolah dasar) di Probolinggo.

Adik dari ayah Soekarno, Soekemi Sosrodihardjo, itu kemudian diperbolehkan pulang ke Surabaya akibat letusan Gunung Kelud.

"Ternyata di rumah itu ipar saya, Idayu, yang berasal dari Bali, baru melahirkan seorang anak laki-laki. Waktu tiba di rumah kakak saya itu, bayinya berusia 5 atau 6 hari," tutur Soemodihardjo.

Meski ada beragam versi, kelahiran Soekarno disepakati pada bulan Juni.

Atas alasan itu, juga kelahiran Pancasila pada 1 Juni, PDI Perjuangan yang mengklaim sebagai pewaris ideologi Soekarno menjadikan Juni sebagai Bulan Bung Karno. 

Orde Baru Kaburkan Sejarah Soekarno

Informasi mengenai Blitar sebagai kota kelahiran Soekarno memang marak beredar di masa Orde Baru.

Dikutip dari dokumen Harian Kompas yang terbit 2 Juni 2015, sejarawan Peter Kasenda menuding Orde Baru sengaja mengaburkan sejarah Soekarno demi kepentingan politik.

"Bung Karno jelas lahir di Surabaya, sesuai dengan pengetahuan sejarah saya. Keterangan tempat lahir Bung Karno di Blitar dipublikasikan di zaman Orde Baru. Ini bentuk pengaburan sejarah yang berbau politik," tutur Peter Kasenda, dikutip dari Harian Kompas.

Dalam biografi yang ditulis Cindy Adams, "Soekarno Penyambung Lidah Rakyat" (cetakan pertama 1965), Soekarno juga menyebut Surabaya sebagai kota kelahirannya.

Peneliti lembaga Institut Soekarno, Peter A Rohi, menyatakan bahwa terjadi kesalahan dalam penerjemahan biografi yang ditulis oleh Cindy Adams itu, yang kemudian menyebut Soekarno lahir di Blitar.

Guru Besar Universitas Pertahanan Salim Said juga menyebut sangat sulit untuk meluruskan kesalahan sejarah pada masa Orde Baru itu.

Apalagi, pengetahuan bahwa Soekarno lahir di Blitar juga masuk ke ranah pendidikan formal.

"Referensi itu meliputi buku-buku yang diterbitkan di ranah pendidikan formal hingga poster yang dijual bebas," kata Salim Said, dikutip dari Harian Kompas yang terbit 7 Juni 2015.

"Sangat sulit saat itu meluruskan, apalagi meneliti Soekarno. Selain karena sikap represif Orba, kita juga harus izin pemerintah," ujarnya.

Hingga saat ini belum diketahui alasan penyebutan Blitar sebagai kota kelahiran Soekarno.

Surabaya sendiri dikenal sebagai salah satu "dapur revolusi kemerdekaan", karena pernah menjadi pusat pemikiran dan pergerakan kebangsaan sebelum Indonesia merdeka.

Soekarno pun sempat "berguru" kepada tokoh pergerakan nasional yang sering dianggap bapak bangsa, Haji Oemar Said Tjokroaminoto, di rumah kos legendarisnya, di kawasan Paneleh, Surabaya.

Selain Soekarno, penghuni kos di rumah Tjokroaminoto antara lain tokoh Partai Komunis Indonesia, Musso, Semaoen, dan Darsono; juga tokoh Negara Islam Indonesia SM Kartosoewirjo.

Selain itu, ada kemungkinan Orde Baru berusaha menjauhkan Soekarno dari kota sebagai pusat politik.

Hal ini pun terlihat dari keputusan untuk memakamkan Soekarno di Blitar, dan bukan di Bogor seperti kemauan Soekarno.

Menurut Peter Kasenda, pemerintahan Orde Baru ingin menghilangkan pengaruh politik Bung Karno pasca dia meninggal.

Sebab, jika dimakamkan di Bogor yang berdekatan dengan Jakarta, akses untuk ziarah dan mencari pengetahuan tentang Bung Karno lebih mudah, yang berpotensi membangun kekuatan politik.

Hal inilah yang dihindari pemerintahan Orde Baru. "Ini juga pembelokan sejarah. Sebenarnya pemerintah Orde Baru bertujuan menjauhkan Bung Karno dari kekuasaan di Jakarta," ujarnya.

Masa Kecil Sering Sakit-sakitan

Saat kecil Soekarno sering sakit-sakitan sampai menginjak usia belasan dan dengan alasan itu, orang tuanya mengganti nama jadi Soekarno (Soekarno).

Nama Soekarno diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna dan ditambahi awalan `su` yang berarti baik.

Masa kecil uekarno, tinggal bersama kakeknya Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.

Dari Tulung Agung, Soekarno kecil kemudian tinggal bersama orang tuanya.

Ayahandanya yang seorang guru, waktu itu ditugaskan di Mojokerto.

Soekarno juga menulis di harian `Oetoesan Hindia` yang dipimpin oleh H.O.S Tjokroaminoto.

Tamat sekolah HBS (Hogere Burger School) di Surabaya pada 1921, Soekarno melanjutkan sekolah ke ITB Bandung, Jawa Barat, dengan jurusan teknik sipil.

Pada waktu itu, ITB Bandung namanya masih Technische Hoogeschool te Bandoeng.

Sempat meninggalkan bangku kuliah selama dua bulan, akhirnya Soekarno bisa lulus sarjana pada 1926.

Kelar dapat gelar insinyur, Soekarno makin aktif di kegiatan organisasi dengan mendirikan Algemeene Studie Club yang kemudian jadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia ( PNI ).

Makin aktif di organisasi membuat beberapa kali Soekarno ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda.

Tercatat Soekarno pernah dijebloskan ke Penjara Banceuy (1929) dan Sukamiskin (1930).

Soekarno juga sempat diasingkan ke Flores, Nusa Tenggara Timur (1933), dan juga Bengkulu (1938-1942).

Saat masa penjajahan Jepang, Soekarno jadi salah satu tokoh yang diperhitungkan.

Pada 17 Agustus 1945, Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia didampingi oleh Mohammad Hatta.

Lalu sehari setelahnya, Soekarno dan Muhammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Setelah mengenyam pendidikan di Mojokerto, Soekarno kemudian melanjutkan ke Surabaya.

Melakoni masa mudanya dan dekat dengan H.O.S Tjokroaminoto yang notabene rekan dari ayahandanya, Soekarno kemudian banyak berkenalan dengan pemimpin Sarekat Islam.

Selain aktif di kegiatan organisasi Tri Koro Dharmo yang kemudian berganti jadi Jong Java (1918). (*)

FOLLOW US