• Kabar Pertanian

Ahli IPB Optimis Penyakit Mulut dan Kuku Bisa Dikendalikan

Agus Mughni Muttaqin | Kamis, 12/05/2022 16:04 WIB
Ahli IPB Optimis Penyakit Mulut dan Kuku Bisa Dikendalikan Penyakit mulut pada sapi. (Foto: Ist)

JAKARTA - Pengajar Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University, Denny W. Lukman mengatakan bahwa penyakit mulut dan kuku (PMK) bisa dikendalikan secara terukur dan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.

Menurut Denny, berdasarkan jurnal dan literasi yang ada, PMK kali pertama ditemukan 125 tahun yang lalu dan melanda di beberapa negara, sehingga sudah cukup banyak laporan dan kajian ilmiah tentang virus PMK.

"Jadi, sebenarnya penyakit ini bisa kita kendalikan dan pencegahannya bisa dilakukan secara terukur," kata Denny, Kamis (12/5).

Denny mengatakan, yang jadi masalah saat ini adalah prilaku manusia yang seringkali melakukan praktek jual beli tidak sehat alias menjual hewan dalam kondisi sakit. Ada juga penjual yang panik dan menurunkan nilai jual, sehingga membuat masyarakat ikut dalam kepanikan.

"Masalahnya adalah pada prilaku orang. Misalnya masih adanya penjual ternak sakit, kemudian adanya penjual yang panik dan lain sebagainya. Itu semua prilaku yang harus diperbaiki," katanya.

Di sisi lain, Denny mengapresiasi upaya Kementerian Pertanian (Kementan) yang bergerak cepat melakukan pengendalian PMK. Salah satunya dengan mengeluarkan surat edaran dan permintaan bagi setiap kepala daerah untuk mengatur lalu lintas ternak dan melaksanakan tindakan-tindakan pengendalian dan penanggulangan PMK.

"Saya salut Kementan gercep dalam hal ini (penanganan PMK, Red). Semua prosedur baik yang tertulis maupun teknis sudah dibuat oleh Kementan. Bahkan upaya pembuatan vaksin hewan terus dikebut. Saya kira ini langkah yang bagus sekali dari jajaran Kementan," ujarnya.

Denny menambahkan, beberapa bagian ternak yang aman untuk dikonsumsi adalah produk unggas seperti ayam, bebek dan produk turunnya seperti telur asin, telur pindang, telur pasteurisasi dan tepung telur.

Kemudian daging dan jeroan sapi dan produk olahan sapi dan babi produk yang diolah dengan pemanasan (minimum suhu bagian dalam mencapai 70 derajat Celcius minimal selama 30 menit).

"Begitu juga dengan poduk olahan seperti susu pasteurisasi HTST dan ultra-pasteurisasi (extended shelflife), susu sterilisasi atau UHT, susu bubuk (krim, skim, whey), susu kondensasi, susu kental manis, krim susu yang dipasteurisasi HTST, keju cheddar dan keju mozzarella," katanya.

Terpisah, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo memastikan penanganan secara medis penyakit PMK terus dilakukan secara maksimal. Di antaranya dengan mendistribusikan obat, penyuntikan vitamin, pemberian antibiotik dan penguatan imun.

Di samping itu, Kementan juga terus mempersiapkan vaksin. "Intinya yang terkena harus diberikan obat, dan yang tidak kena harus dinaikkan imunnya. Besok itu kita sudah ada pelatihan untuk dokter kesehatan. Dan khusus untuk tenaga medisnya kita sudah sebar di lapangan," ujarnya.

Mentan Syahrul mengatakan, dalam 14 hari ini vaksin harus mulai digulirkan. Jika belum bisa dilakukan pengadaan vaksin sendiri oleh Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) di Surabaya, maka akan didatangkan dari luar negeri.

"Kalau belum bisa dilakukan pengadaan vaksin sendiri oleh Pusvetma di Surabaya, maka Pak Dirjen (PKH) dalam satu minggu ke depan sudah harus keluar negeri beli yang cocok dengan serotipe dari PMK. Berapa pun harganya beli dan langsung dibagikan kepada yang terkena," ujarnya.

FOLLOW US