• News

MUI Pertanyakan Tuduhan Singapura Bahwa UAS Sebarkan Islam Ekstremis

Yahya Sukamdani | Jum'at, 20/05/2022 05:07 WIB
MUI Pertanyakan Tuduhan Singapura Bahwa UAS Sebarkan Islam Ekstremis Ustadz Abdul Somad. (FOTO: HO/IST VIA PR)

JAKARTA — Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai, selama ini Ustaz Abdul Somad (UAS) menyebarkan dakwah Islam rahmatan lil ‘alamin. Hal ini betolak belakang dengan pernyataan Kementerian Dalam Negeri Singapura yang menganggap UAS menyebarkan ajaran ekstremis sehingga ditolak masuk ke negara tersebut.

"Perlu kita pertanyakan, atas dasar apa dan apa buktinya (menyebut UAS ekstremis)? Jangan mengada-ada. Menyebut seseorang ekstrem itu absurd dan sensitif. Kita minta agar itu dipertanggungjawabkan Kementerian Dalam Negeri Singapura," ujar Sekretaris Jenderal MUI Buya Amirsyah Tambunan seperti dilansir Republika, Kamis (19/5/2022).

Semua persoalan bisa diselesaikan dengan duduk bersama. Maka, langkah terbaik adalah berdialog, saling memberikan pemahaman yang baik, dan berprasangka baik. Tuduhan-tuduhan yang buruk itu harus dihindari, apalagi sampai menuduh seseorang ekstremis.

"Jadi, sebetulnya pejabat Kemendagri Singapura itu mengada-ada. Maka kita minta itu dievaluasi dan janganlah sembarang bicara," ujarnya.

Jika yang dijadikan dasar adalah pernyataan dibolehkannya bom bunuh diri di Palestina, Buya Amirsyah menyebut, itu sudah diluruskan oleh UAS. Karena video ceramah tentang hal tersebut dipotong oleh oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga menimbulkan pemahaman yang keliru.

Soal non-Muslim adalah kafir itu pun termaktub dalam Alquran. "Itu dasarnya Alquran. Dan yang soal salib itu kan sudah selesai," katanya.

Menurut Buya Amirsyah, jika persoalan ini tidak segera diselesaikan, akan bisa mengganggu hubungan diplomatik antara Indonesia dan Singapura sebagai negara tetangga, yang tentu tidak ada yang menginginkannya.

“Kita minta agar itu segera diselesaikan sebab jika itu tidak diselesaikan, bisa menimbulkan ketegangan. Pemerintah Indonesia dan Singapura harus segera menyelesaikan," katanya.

Kementerian Dalam Negeri Singapura dalam pernyataan resminya, Selasa (17/5), mengonfirmasi bahwa UAS tiba di Terminal Feri Tanah Merah dari Batam bersama enam orang lainnya pada Senin (16/5). Setelah diwawancarai oleh petugas, rombongan UAS ditolak masuk dan kembali ke Batam pada hari yang sama.

"Somad dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan perpecahan, yang tidak dapat diterima di masyarakat Singapura yang multiras dan multiagama," tulis Kementerian Dalam Negeri Singapura dalam pernyataannya.

Dalam pernyataan itu disampaikan contoh ceramah UAS yang berpotensi menimbulkan perpecahan. Misalnya, UAS mengatakan bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina dan dianggap sebagai operasi syahid.

Disebutkan pula, UAS telah membuat komentar yang merendahkan anggota komunitas agama lain, seperti Kristen, dengan menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal "jin (roh/setan) kafir." Selain itu, Somad secara terbuka menyebut non-Muslim sebagai kafir.

Sebelumnya, Pemerintah Indonesia dalam hal ini KBRI Singapura melayangkan pertanyaan dan nota diplomatik kepada Pemerintah Singapura mengenai alasan ditolaknya UAS masuk ke negara tersebut.

Menanggapi pernyataan Pemerintah Singapura, UAS mengatakan, pelbagai tuduhan tersebut cenderung mengungkit-ungkit persoalan lama. Menurut UAS, masalah-masalah seperti fatwa bom syahid, “jin kafir” atau sebutan “kafir” untuk non-Muslim sudah selesai.

Menurut dia, penjelasan atau klarifikasi dari dirinya mengenai hal itu sudah disampaikan dalam pelbagai video yang dapat diakses via internet. “Semua soal itu sudah tuntas. Mereka tinggal tulis (cari) di Google, ‘Klarifikasi UAS tentang bom bunuh diri Palestina, jin dalam berhala, non-Muslim disebut kafir.’ Semoga mereka mendapat hidayah,” ujar UAS saat dihubungi Republika, Rabu (18/5).

Tuduhan ekstremis drai Singapura terhadap UAS ini juga bertolak belakang dengan pengakuan dari Malaysia. Sebab, belum lama ini UAS justru memperoleh gelar doktor kehormatan (honoris causa) dari International Islamic University College (IIUC) Selangor. Kampus Malaysia itu memberikan gelar tersebut dengan sejumlah pertimbangan.

Di antaranya ialah UAS dipandang berhasil dalam menggerakkan dakwah Islam, khususnya di Asia Tenggara. Penganugerahan gelar kehormatan tersebut juga dengan persetujuan pihak Kementerian Luar Negeri Malaysia.

"Ceramah beliau (UAS) tidak pernah menimbulkan kontroversi dan kandungannya (ceramah UAS) juga menggalakkan persahabatan serumpun antara kedua negara berteraskan Islam," kata Kepala Bagian Asia Tenggara Kemenlu Malaysia, Khaeriah Zaehera Abd Kayyum.

Keywords :

FOLLOW US