• Oase

Saat Idul Fitri Namun Merugi, Siapakah Mereka?

Rizki Ramadhani | Selasa, 03/05/2022 11:29 WIB
Saat Idul Fitri Namun Merugi, Siapakah Mereka? Ilustrasi belanja (foto:titiknol)

JAKARTA - Bulan Ramadan itu penuh ampunan dan rahmat, sehingga jika keluar dari Ramadan, keadaan seharusnya adalah mendapatkan banyak ampunan lewat amalan puasa, salat tarawih, salat pada malam Lailatul Qadar, dan membayar zakat fitrah. Siapa saja yang tidak diampuni di bulan Ramadhan, maka sungguh di hari lain ia pun akan sulit diampuni. Namun, ada pula manusia yang merugi saat berjumpa dengan Idul Fitri.

Siapa saja mereka? Termasuk yang merugi saat berjumpa dengan Idul Fitri yaitu orang yang belum sadar salat fardu hingga Idul Fitri tiba. Jika seseorang meninggalkan salat, maka tidak ada antara dirinya dan kesyirikan dan kekufuran itu pembatas, bahkan ia akan terjatuh dalam syirik.

Berikutnya, manusia yang merugi yaitu yang belum pernah menginjakkan kakinya di masjid hingga Ramadan usai. Padahal jika seorang muslim dewasa dalam keadaan sehat dan tidak ada penghalang untuk ke masjid tentu wajib untuk menunaikan salat berjamaah di masjid.

Selanjutnya, adalah manusia yang memikirkan ibadah hanya di bulan Ramadan saja. Karena orang yang shalih yang sejati adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh sepanjang tahun hingga kematian menjemput.

Juga tergolong yang merugi, yaitu yang tidak mendapatkan Lailatul Qadar, karena hanya memikirkan persiapan lebaran saja dengan berada di mall atau sebab lainnya yang tidak dibenarkan. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Jelas sangat merugi bagi yang mengabaikannya.

Termasuk pula manusia yang merugi, yaitu yang menuruti anak atau saudara dalam perkara maksiat untuk memeriahkan Idul Fitri. Seperti memberikan petasan, dan hal-hal mudarat serta haram lainnya.

Demikian juga yang tergolong merugi, orang yang enggan untuk berzakat walau sudah mampu dengan terpenuhinya syarat zakat. Seorang muslim tidak perlu takut hartanya berkurang karena zakat dan sedekah karena ada Allah yang memiliki ‘Arsy (Yang Maha Mencukupi).

Tidak luput termasuk di dalam golongan ini yaitu manusia yang sibuk meminta maaf pada manusia, namun tidak peduli dosanya kepada Allah SWT. Seharusnya manusia segera bertaubat, terlebih dosa terkait hak Allah SWT harus didahulukan untuk mendapatkan maaf dan ampunan Allah SWT dan tidak meneruskan perbuatan kejinya itu lagi.

Ada juga golongan yang merugi disebabkan sudah sampai bulan Ramadan, tidak kunjung pula menikah atau menikahkan putrinya padahal sudah wajib untuk menikah. Hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah) diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

“Jika ada yang engkau ridhai agama dan akhlaknya datang untuk melamar, maka nikahkanlah dia. Jika tidak, maka akan terjadi musibah di muka bumi dan mafsadat yang besar.”

Selanjutnya, membahagiakan orang lain untuk bermaksiat, seperti mengajak minum minuman keras.

Berikutnya, masih muda hanya memikirkan kesenangan tanpa memikirkan ibadah  sedikitpun, bahkan sering durhaka pada orang tua. Manusia seperti ini terlena dengan kenikmatan dunia saja, jauh dari memikirkan tentang umurnya, ilmunya, hartanya, infaknya, juga mengenai tubuhnya di manakah usangnya.

Ulama salaf mengatakan kepada sebagian saudaranya ketika melaksanakan salat Id di tanah lapang, “Hari ini suatu kaum telah kembali dalam keadaan sebagaimana ibu mereka melahirkan mereka.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 366).

Apa yang harus kita lakukan setelah Ramadan adalah berusaha istiqamah, berdoa agar amalnya diterima, dan berharap agar bisa lagi berjumpa dengan Ramadan berikutnya.

Sungguh mulia meniru Para salaf yang biasa memohon kepada Allah SWT selama enam bulan agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Kemudian enam bulan sisanya, mereka memohon kepada Allah SWT agar amalan mereka diterima.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta`ala mudahkan kita agar dapat istiqomah dalam ketaatan setelah Ramadan ini. (Kontributor : Dicky Dewata)

FOLLOW US