• Gaya Hidup

Klappertaart Kuliner Manado, Dibuat Noni Belanda Disajikan untuk Warga Kelas Atas di Hindia Timur

Tri Umardini | Rabu, 06/04/2022 06:01 WIB
Klappertaart Kuliner Manado, Dibuat Noni Belanda Disajikan untuk Warga Kelas Atas di Hindia Timur Klappertaart, kue khas Manado, Sulawesi Utara. FOTO: SUMMER BLOSSOM SITE

JAKARTA - Klappertaart merupakan kuliner khas Manado, Sulawesi Utara.

Kuliner ini kerap disajikan saat perayaan Natal. Klappertaart merupakan jajanan tradisional yang tak semua orang tahu.

Pasalnya tak semua tempat menjual Klappertaart karena harganya yang cukup mahal tak seperti jajanan tradisional lainnya.

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Klappertaart juga bukan bahan-bahan yang murah.

Biasanya Klappertaart dijual di kafe atau outlet kue khusus di pusat perbelanjaan.

Klappertaart jarang dijual di pinggir jalan karena memang dianggap kue berkelas.

Menilik sejarahnya, Klappertaart berasal dari kata "klapper" dan "taart". Kedua kata tersebut merupakan gabungan dari bahasa Indonesia dan Belanda.

Kata "klapper" awalnya merujuk pada kata "kelapa" yang dieja sebagai "klepper" oleh orang Belanda waktu itu.

Sementara "taart" diambil dari bahasa Belanda yang berarti kue. Kuliner ini memiliki cita rasa manis dan gurih, oleh karena itu biasanya dijadikan sebagai hidangan penutup.

Mengutip Jurnal of Ethnic Foods Universitas Surya berjudul "Klappertaart: an Indonesian-Dutch influenced traditional food" (2018), Klappertaart awalnya ditemukan oleh seorang perempuan “NoniBelanda yang tinggal di Indonesia semasa penjajahan Belanda.

Noni Belanda itu menyadari Indonesia memiliki perkebunan kelapa yang sangat banyak.

Si Noni pun bereksperiman mencampurkan daging kelapa muda ke dalam resep taart. Bahan yang digunakan yaitu kelapa, kenari, kismis, dan tepung gandum.

Hasil olahan tersebut akhirnya diberi nama Klappertaart.

Konon, Klappertart termasuk golongan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga Belanda kelas menengah ke atas di Hindia Timur.

Klappertaart saat itu sangat disukai oleh semua orang, termasuk masyarakat Indonesia.

Orang-orang dari berbagai kalangan datang untuk belajar membuat Klappertaart. Mulai dari pekerja asli Indonesia hingga bangsawan berpendidikan Indonesia yang berteman dengan bangsa Belanda.

Meskipun kuliner ini diadaptasi dari resep Belanda tetapi untuk beberapa bahan ada sedikit perbedaan.

Orang Belanda pada saat itu menambahkan cukup banyak susu sebagai pemanis adonan.

Sementara orang Indonesia tidak terlalu suka rasa manis. Jadi rasa Klappertaart di Indonesia saat ini tidak sama dengan racikan resep awal. (*)

FOLLOW US