• Bisnis

Resesi AS Bikin Harga Emas Kembali Anjlok, Saatnya Beli?

Tri Umardini | Kamis, 31/03/2022 07:22 WIB
Resesi AS Bikin Harga Emas Kembali Anjlok, Saatnya Beli? Investasi emas batangan. FOTO: HO/IST

JAKARTA - Selain karena konflik Rusia - Ukraina yang mulai mereda, pasar emas bergejolak juga akibat pembalikan kurva imbal hasil Obligasi Pemerintah AS yang bisa menjadi pertanda akan terjadi resesi.

Harga emas kembali turun seiring gejolak pasar akibat terjadinya pembalikan kurva (inversi) imbal hasil (yield) Obligasi Pemerintah Amerika Serikat (AS), yang bisa menjadi pertanda akan terjadi resesi di Negeri Paman Sam.

Harga emas diperdagangkan di bawah US$1.920 per troy ounce.

Pasar juga mencerna janji Rusia untuk mengurangi serangannya terhadap Ukraina dan Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker menyatakan resesi di AS dapat dihindari.

Dikutip dari Bareksa.com (dilansir Kitco News), harga emas berjangka Comex untuk pengiriman April pada penutupan perdagangan kemarin (29/3/2022) turun lebih dari US$20, ditutup di US$1.917 per troy ounce.

Harga logam kuning kemarin bahkan sempat turun di bawah US$1.900 per troy ounce pada perdagangan intraday.

"Harga emas anjlok setelah pembicaraan damai Rusia - Ukraina menghasilkan beberapa kemajuan. Untuk sesaat, sepertinya risiko geopolitik terbesar mulai mereda, dan perdagangan aset safe haven bisa ditinggalkan," kata analis pasar senior OANDA Edward Moya.

Rusia pada Selasa berjanji untuk mengurangi serangannya di Ukraina, khususnya di sekitar ibu kota Kyiv dan Chernihiv. Pernyataan itu muncul setelah pembicaraan Rusia - Ukraina di Istanbul.

"Guna meningkatkan rasa saling percaya dan menciptakan kondisi yang diperlukan untuk negosiasi lebih lanjut, maka keputusan dibuat secara radikal dengan mengurangi aktivitas militer di Kyiv dan Chernihiv," kata Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin kepada wartawan.

Inversi Obligasi AS

Perkembangan yang lebih mengkhawatirkan adalah pembalikan kurva imbal hasil (inversi) US Treasury 10 tahun dan 2 tahun untuk pertama kalinya sejak September 2019.

Di mana surat utang AS jangka panjang memiliki imbal hasil lebih rendah dari surat utang jangka pendek.

"Sepertinya Wall Street berpikir ekonomi masih dalam pijakan yang kokoh bahkan setelah kurva imbal hasil surat utang 10 tahun dan 2 tahun terbalik untuk pertama kalinya sejak 2019. Karena itu hitungan mundur untuk resesi dimulai," kata Moya.

Meski begitu, Presiden Federal Reserve Philadelphia Patrick Harker mengungkapkan tidak terlalu khawatir tentang ancaman resesi.

Sebab sinyal pembalikan kurva imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun dan 2 tahun hanyalah salah satu pertanda.

Butuh pertanda-pertanda lain yang menunjukkan memang akan terjadi resesi.

"Sebagai pembuat kebijakan, saya harus melihat kombinasi dari semua angka dan tidak mendasarkannya pada hanya satu angka. Saya terbuka untuk mengirimkan sinyal kuat dengan kenaikan 50 basis poin suku bunga acuan The Fed pada pertemuan berikutnya," ujarnya.

Sinyal Resesi
Inversi (inverted) yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) atau US Treasury, adalah keadaan di mana imbal hasil (yield) US Treasury bertenor pendek lebih tinggi dari yield US Treasury bertenor panjang.

Melansir data dari CNBC International, yield US Treasury bertenor 5 tahun kini berada di level 2,606 persen, naik sebesar 4 bps dari level 2,566 persen pada penutupan perdagangan Senin kemarin waktu setempat.

Sedangkan yield US Treasury berjatuh tempo 30 tahun kini berada di level 2,575 persen, naik 0,2 bps dan yield US Treasury berjangka waktu 10 tahun naik 1,7 bps ke level 2,494 persen.

Kurva yield US Treasury bertenor 5 tahun dan 30 tahun sudah terbalik sejak Senin pagi waktu AS, di mana inversi ini kembali terjadi sejak 2006.

Inversi yield obligasi terjadi ketika yield tenor jangka pendek lebih tinggi ketimbang tenor jangka panjang.

Inversi yield obligasi AS bisa menjadi pertanda buruk. Sebab, berdasarkan riset dari The Fed San Francisco yang dirilis 2018 lalu menunjukkan sejak tahun 1955, ketika inversi yield terjadi, maka akan diikuti dengan resesi dalam tempo 6 sampai 24 bulan setelahnya.

Harga Emas
Setelah kemarin harga emas turun dalam, pada hari ini (30/3/2022) logam mulia mulai bangkit.

Menurut data investing.com, harga emas berjangka untuk pengiriman April 2022 naik 0,5 persen ke level US$1.922 per troy ounce pada Rabu (30/3) pukul 14.36 WIB.

 Adapun harga beli emas Pegadaian di fitur Bareksa Emas pada Rabu turun jadi Rp920.000 per gram dibandingkan Selasa Rp923.000 per gram.

Tidak berbeda, harga beli emas Indogold di fitur Bareksa Emas juga turun jadi Rp907.596 per gram pada Rabu, dibandingkan Rp909.111 per gram pada Selasa.

Perlu dicatat, emas adalah instrumen investasi yang cocok untuk jangka panjang dan sarana lindung nilai dari inflasi.

Investasi logam mulia ini juga ada selisih harga beli dan harga jual, sehingga investor sangat disarankan jika berniat menjualnya, hanya ketika harga jualnya sudah lebih tinggi dari harga ketika membeli emas. (*)

 

FOLLOW US