• News

Pasukan Rusia Kuasai Kota Slavutych, Tempat Pembangkit Nuklir Chernobyl

Yati Maulana | Minggu, 27/03/2022 08:10 WIB
Pasukan Rusia Kuasai Kota Slavutych, Tempat Pembangkit Nuklir Chernobyl Awan asap besar terlihat mengepul di atas gudang amunisi angkatan bersenjata Ukraina (foto: bbc.com)

JAKARTA - Pasukan Rusia telah menguasai Slavutych Ukraina, tempat para pekerja di pembangkit nuklir Chernobyl yang sudah tidak beroperasi tinggal, dan tiga orang tewas, kata kantor berita Interfax Ukraina mengutip walikota setempat.

Gubernur wilayah Kyiv, Oleksandr Pavlyuk, sebelumnya telah mengumumkan penangkapan itu dalam sebuah posting online.

Kota itu terletak tepat di luar zona pengecualian keselamatan di sekitar Chernobyl, lokasi bencana nuklir terburuk di dunia pada 1986, di mana staf Ukraina terus mengelola situs itu bahkan setelah wilayah itu diduduki oleh pasukan Rusia setelah dimulainya invasi pada 24 Februari.

"Slavutych telah diduduki sejak hari ini. Kami dengan gigih mempertahankan kota kami, tiga kematian telah dikonfirmasi sejauh ini," kata Wali Kota Yuri Fomichev seperti dikutip Interfax dalam sebuah posting Facebook. Laporan itu tidak memberikan rincian tentang korban.

Badan Energi Atom Internasional mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka sedang memantau situasi dengan cermat dan menyatakan keprihatinan tentang kemampuan staf untuk berputar masuk dan keluar dari pembangkit listrik tenaga atom.

Pavlyuk tidak menjelaskan bagaimana kota itu direbut, tetapi mengatakan beberapa warga telah mengibarkan bendera besar Ukraina dan meneriakkan "Kemuliaan bagi Ukraina" sebagai protes.

Dia juga mengatakan Rusia melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan protes di pusat kota dan telah melemparkan granat kejut ke kerumunan.

Tidak ada komentar langsung dari Rusia tentang Slavutych.

Penasihat presiden Ukraina Oleksiy Arestovych mengatakan kota itu telah menjadi hotspot baru perang. Pada hari Jumat, Ukraina mengatakan pasukan Rusia telah mendekat ke kota, yang memiliki populasi sebelum perang sekitar 25.000, dan telah meluncurkan serangan pertama yang gagal.

Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus" untuk melucuti senjata tetangganya. Kyiv dan sekutu Baratnya menyebutnya sebagai perang agresi yang tidak beralasan.

FOLLOW US