• Kabar Pertanian

Kementan Dorong Petani Terapkan Teknologi Climate Smart Agriculture

Agus Mughni Muttaqin | Rabu, 16/03/2022 23:18 WIB
Kementan Dorong Petani Terapkan Teknologi Climate Smart Agriculture Kepala Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan) BPPSDMP, Leli Nuryati pada webinar Climate Smart Agriculture untuk Pertanian yang Berkelanjutan dan Mendukung Ketahanan Pangan yang digelar Majalah Agrina, Rabu (16/3).

Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) mendorong petani menerapkan teknologi climate smart agriculture dalam menghadapi perubahan iklim.

Dorongan itu disampaikan Kepala Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan) BPPSDMP, Leli Nuryati pada webinar Climate Smart Agriculture untuk Pertanian yang Berkelanjutan dan Mendukung Ketahanan Pangan yang digelar Majalah Agrina, Rabu (16/3).

"Hingga saat ini kita menghadapi dua tantangan besar, yakni COVID-19 yang belum usai dan perubahan iklim. Perubahan iklim ini yang menyebabkan kenapa kita memerlukan climate smart agriculture," kata Leli.

Dijelaskan Leli bahwa saat ini BPPSDMP tengah fokus pada teknologi pengembangan climate smart agriculture padi dengan penggunaan bibit unggul, rendah emisi, dan bermutu.

Selanjutnya, penggunaan pupuk berimbang, pupuk organik, penentuan waktu tanam berdasarkan kalender tanam, penerapan sistem tanam jejar legowo, penerapan organisme pengganggu tanaman terpadu, dan kegiatan sampling pengukuran emisi gas rumah kaca.

"Ini kita harapkan bisa kita dorong di hulu utamanya petani ini kawal oleh penyuluh di dalam penerapan climate smart agriculture padi," ujar Leli.

Ia mengatakan, penerapan teknologi climate smart agriculture dilakukan melalui berbagai program, di antaranya melalui sekolah lapang dan pembelajaran lainnya yang terkait dengan benih dan pupuk organik.

"Selain itu, penerapan teknologi climate smart agriculture juga bisa dilakukan melalui bimbingan teknis (bimtek), pertemuan, rembuk tani, dan sosialisasi serta pendampingan penyuluh," jelasnya.

Leli menjelaskan, penyuluh pertanian dalam mendorong penerapan teknologi climate smart agriculture ini dilakukan melalui konsultasi. "Konsultasi ini dilakukan di BPP Kostratani atau pun melalui pertemuan lainnya," jelasnya.

Peran penyuluh selanjutnya, kata Leli, memberikan edukasi dengan memfasilitasi proses pembelajaran petani di dalam menerapkan tata kelola berusaha yang baik dan berkelanjutan.

Kemudian, penyuluh juga berperan untuk membantu petani dalam menumbuhkembangkan kelembagaannya agar berdaya saing dan produktif. "Dari sisi manajerial, yakni meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial dan kewirausahaan petani," ujarnya.

Peran penyuluh lainya adalah melakukan pengawalan dan pendampingan kepada petani dalam meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas yang utama.

"Peran penyuluh terakhir adalah diseminasi dan informasi inovasi. Terkait climate smart agriculture sekarang kita dorong terus melalui pola-pola online sejak COVID-19 agar petani memahami teknologi berbasis climate smart agriculture," ujar Leli.

Di tempat yang sama, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat, Yiyi Sulaeman menyampaikan, manfaat climate smart agriculture adalah produksi dan produktivitas pertanian meningkat.

"Budidaya padi ramah lingkungan pengalaman kami tahun lalu di beberapa tempat di Jawa Barat dengan reduksi 50 persen pupuk itu bisa meningkatkan 1-2 ton (meningkat 30 persen)," jelasnya.

Kemudian manfaat yang lain climate smart agriculture adalah tanpa atau sedikit berdampak negatif ke lingkungan. "Karena climate smart agriculture juga mencoba mengintensifkan nanti juga tidak konversi tambahan lahan pertanian," ujarnya.

Selain itu, lanjut penulis dan editor buku Pertanian Cerdas Iklim Indonesia: Konsep dan Teknologi, dengan climate smart agriculture lahan dimanfaatkan secara optimal dan juga sumber yang ada bisa dimanfaatkan.

"Kemudian ketangguhan perubahan iklim akan meningkat dan pastinya ekonomi wilayah berkembang," pungkasnya.

FOLLOW US