• Bisnis

Gencar Kebut Proyek Kilang, Dua Tahun Pertamina Untung USD 6,1 Miliar

Tri Umardini | Rabu, 02/02/2022 20:01 WIB
Gencar Kebut Proyek Kilang, Dua Tahun Pertamina Untung USD 6,1 Miliar Proyek pengeboran gas yang dijalankan PT Pertamina EP Cepu (PEPC) di wilayah operasional Jambaran-Tiung Biru (JTB). FOTO: HO PERTAMINA

JAKARTA - Gencar kebut proyek kilang minyak, dua tahun Pertamina untung USD 6,1 miliar.

PT Pertamina (Persero) terus berupaya memberikan performa terbaik untuk Indonesia. Di bawah kepemimpinan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Pertamina berhasil melakukan beberapa capaian positif untuk negara.

Dalam kurun waktu 2018 hingga 2020, perusahaan minyak dan gas milik negara ini mencatat total keuntungan perusahaan sebesar USD 6,1 miliar. Di tahun 2018-2019, Pertamina untung di kisaran USD2,5 miliar.

"Di tahun 2020 Pertamina menghadapi triple shock sebagai imbas dari pandemi. Meski demikian, Pertamina berhasil mencatat keuntungan sebesar USD 1,1 miliar," ujar VP Corporate Communcation Pertamina Fajriyah Usman pada rilis siaran pers, Rabu (2/2/2022).

Fajriyah mengatakan, pencapaian keuntungan tersebut merupakan hasil kinerja yang luar biasa dari seluruh manajemen dan pekerja Pertamina selama pandemi Covid-19.

Di tengah tantangan pandemi, Pertamina justru secara konsisten tetap mengoperasikan seluruh aktivitas produksinya dari hulu ke hilir, serta menggerakkan seluruh mitra bisnis pada ekosistem bisnis proses Pertamina dan sektor energi Indonesia. 

"Karena hampir seluruh perusahaan di dunia merasakan dampak negatif akibat pandemi. Bahkan sebagian besar perusahaan migas global justru mengalami kerugian dan melakukan PHK banyak pekerjanya," kata Fajriyah.

Pertamina juga mendapatkan pengakuan dari masyarakat dunia. Dari tiga lembaga pemeringkat utang (credit rating agency) internasional menunjukkan Pertamina mampu mengelola keuangan dan investasi secara prudent sehingga termasuk dalam kategori perusahaan sehat. 

Hingga kini, Pertamina mencatat rasio utang yang terjaga dengan baik dan masih kompetitif di antara perusahaan migas nasional maupun internasional lainnya sehingga, lembaga pemeringkat internasional yaitu Moody`s, S&P dan Fitch menetapkan Pertamina pada peringkat investment grade masing-masing pada level baa2, BBB, dan BBB.

"Ini menunjukkan kredibilitas dan kepercayaan investor kepada Pertamina yang semakin meningkat dari waktu ke waktu," kata Fajriyah.

Di tahun 2020, perseroan telah menyelesaikan tiga corporate loan dengan total sebesar USD 549 juta. Sementara itu, di tahun 2021, Pertamina mampu melakukan pembayaran utang bond sebesar USD 391 juta.

“Jadi tidak benar adanya asumsi bahwa Pertamina tidak bisa membayar kewajiban. Saat ini, Pertamina merupakan salah satu perusahaan Indonesia yang sehat, produktif dan efisien di tengah terpaan pandemi Covid-19,” tegas Fajriyah.

Pertamina melakukan berbagai pengembangan bisnis yang lebih luas dalam rangka mewujudkan aspirasi menjadi global energy champion.

Seperti pada umumnya entitas bisnis, dukungan modal yang kuat dari berbagai sumber, baik internal maupun eksternal, diperlukan untuk membiayai penugasan dan pertumbuhan ke depan.

Salah satu pendanaan eksternal adalah melalui mekanisme strategic partnership, pinjaman pada lembaga keuangan maupun penerbitan obligasi. 
“Saat ini rasio utang Pertamina terhadap ekuitas dari sisi keuangan masih dalam batas wajar sebagai perusahaan yang sehat. Begitu pula mekanisme yang dilakukan tetap mengacu pada regulasi yang ada,” tandas Fajriyah.

Pengakuan internasional atas kinerja keuangan Pertamina juga tampak pada prestasi sebagai satu-satunya perusahaan Indonesia yang berada di jajaran Fortune Global 500.

Dengan kinerja keuangan tersebut, Pertamina mampu berkontribusi pada pendapatan Pemerintah hampir Rp 200 triliun pada 2020 yang berasal dari setoran Pajak dan Dividen, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta penerimaan negara dari Minyak Mentah dan Kondesat Bagian Negara (MMKBN) dari blok-blok migas Pertamina

“Kami berkomitmen menjalankan operasional yang excellent, mencapai pertumbuhan yang positif dan pada saat bersamaan tetap berkontribusi bagi bangsa negara,” pungkasnya.

Sementara itu, terkait dengan proyek pembangunan kilang, sejak 2018 Pertamina sudah gencar mengebut proyek kilang yang ada dengan perhitungan yang akurat dan cermat.

Di antaranya proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balongan yang akan memberikan tambahan kapasitas produksi dari 125 ribu barel per hari menjadi 150 ribu barel per hari di April 2022. 

Sementara itu, proyek kilang RDMP Balikpapan nantinya dapat menekan defisit neraca migas hingga USD 2,65 miliar per tahun.

Ini karena kilang sudah bisa menghasilkan produk bernilai jual tinggi seperti gasoline (Pertamax Turbo, Pertamax, Pertalite) dengan kualitas Euro 5 dan propilena, produk petrokimia yang kebutuhannya masih sangat tinggi. Pertamina optimis keseluruhan proyek RDMP Balikpapan selesai pada 2024. (*)

 

FOLLOW US