• News

Produksi Lokal Rendah, 90 Persen Kebutuhan Kedelai Dipenuhi Lewat Impor

Akhyar Zein | Selasa, 25/01/2022 14:14 WIB
Produksi Lokal Rendah, 90 Persen Kebutuhan Kedelai Dipenuhi Lewat Impor Ilustrasi. Produsen tempe di Kabupaten Indramayu (foto: ayocirebon.com)

JAKARTA - Ketua Komisi IV DPR RI Sudin menyoroti kebutuhan kedelai nasional sekitar 2 juta ton sedangkan produksi kedelai nasional pada tahun 2021 hanya berkisar 240 ribu ton. Menurutnya kecilnya produksi kedelai nasional dikarenakan petani tidak tertarik menanam kedelai mengingat harganya rendah.

"Kebutuhan kedelai kita itu secara keseluruhan 7,2 juta ton. Ada bungkil, ada bubuk. Sementara kedelai segar hampir 2 juta ton. Berarti 90 persen lebih impor," jelas Sudin saat rapat kerja dengan Komisi IV DPR bersama Kementerian Pertanian, Senin (24/1/2022).

Sudin mengajak Kementerian Pertanian mencari solusi bersama atas rendahnya produksi nasional. Salah satunya, katanya, dengan memastikan harga kedelai yang layak di tingkatan petani. Ia meyakini dengan harga yang disampaikan pemerintah yakni Rp 8.500 per kilogram, petani akan bersedia menanam kedelai dan produktifitas kedelai meningkat.

Sementara Anggota Komisi IV Endang Setyawati mengimbau Kementerian Pertanian untuk mencari tanaman alternatif sebagai pengganti kedelai, termasuk kacang koro pedang yang tumbuh baik di Jawa Timur.

"Kami ingin mengimbau Dirjen Tanaman Pangan, banyak sekali tanaman lokal yang bisa menjadi substitusi kedelai. Ini belum pernah diperhatikan pemerintah," jelas Endang Setyawati.

Endang juga menyoroti nilai tukar petani (NTP) tanaman pangan yang masih di bawah 100, meski secara umum NTP mengalami peningkatan. Sebab, kata dia, petani tanaman pangan merupakan ujung tombak dalam ketersedian pangan nasional.

NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengamini pemenuhan kedelai nasional masih bergantung kepada impor dan harga yang rendah membuat petani tidak berminat untuk menanam kedelai. Selain itu, kata dia, tanaman kedelai juga rentan serangan hama sehingga berdampak kepada produktifitas kedelai lokal.

Namun, tantangan lainnya adalah persoalan anggaran tanaman pangan yang terus menurun setiap tahunnya."Persoalannya ada di anggaran yang terus turun. Tanaman pangan itu dari Rp5 triliun turun menjadi Rp3 triliun, menjadi Rp2 triliun lalu tinggal Rp 1,7 triliun," jelas Syahrul Yasin Limpo dalam rapat kerja.

Syahrul menjelaskan harga kedelai akan mengalami kenaikan, namun ia mengklaim Kementerian Pertanian akan berusaha mengatasi persoalan ini.

Namun, ia meminta DPR mendampingi pihaknya dengan membentuk gugus tugas dalam mencari solusi bersama persoalan kedelai.

Sebelumnya, terkait kedelai, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menegaskan, pemerintah menjamin stok kedelai saat ini cukup dan aman untuk memenuhi kebutuhan nasional, khususnya untuk produksi industri pengrajin tahu dan tempe. Hal ini disampaikan menyusul peningkatan harga kedelai dunia.

“Kementerian Perdagangan bersama seluruh pelaku usaha kedelai nasional menjamin harga kedelai tetap terjangkau dan stok kedelai cukup untuk memenuhi kebutuhan industri pengrajin tahu dan tempe nasional, meskipun harga kedelai dunia masih cukup tinggi,” jelas Oke melalui keterangan tertulis Rabu (19/1/2022).

Oke menjelaskan, peningkatan harga kedelai disinyalir karena negara produsen kedelai, seperti Argentina dan Brasil, terdampak cuaca ekstrem. Selain itu, kata dia, terdapat pembelian kedelai dalam skala besar (rush buying) dari Amerika Serikat dan China setelah badai Ida berakhir.

Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia pada minggu kedua Januari 2022 sekitar USD 13,77/bushels atau setara USD 505/ton naik dari kondisi minggu pertama Januari 2022 yaitu USD 13,15/bushels atau setara USD 483/ton. Sementara harga di tingkat importir diperkirakan Rp9.300 per kilogram.

FOLLOW US