Kristen Ortodoks Ethiopia merayakan Epiphany (foto: 123rf.com)
JAKARTA - Mengenakan pakaian serba putih tradisional Ethiopia, ribuan orang Kristen Ortodoks Ethiopia pada Rabu menabuh genderang dan menyanyikan lagu-lagu religi untuk merayakan Epiphany di ibu kota Addis Ababa.
Ditulis oleh UNESCO pada tahun 2019 sebagai salah satu warisan budaya tak benda yang sangat bernilai di dunia, peringatan baptisan Yesus di Ethiopia adalah ekstravaganza agama dan budaya dua hari yang dimulai pada Senin sore dan ditandai di seluruh negeri.
Umat Kristen Ortodoks, yang merupakan 43% dari perkiraan 120 juta penduduk Ethiopia, menemani para imam yang membawa Tablet Suci (replika Tabut Perjanjian) dari 80 gereja di kota itu ke ruang publik yang ditentukan di berbagai bagian ibu kota.
Namun, perayaan utama hari Rabu berlangsung di tempat olahraga terbuka kota Jan Meda di bawah pengawasan ketat polisi.
Orang yang tidak hadir pada perayaan tahun ini adalah Patriark Gereja Ortodoks Ethiopia (EOC) Abune Mathias yang jatuh sakit.
Para imam memercikkan air suci kepada para peserta.
Uskup Melke Tsadik mengatakan bahwa Epiphany adalah perwujudan dari kepercayaan dan budaya persatuan dan kebersamaan.
“Kami akan menjaga orisinalitas perayaan dan perdamaian dan persatuan Ethiopia,” tambahnya.
Ayele Neguse, yang berpartisipasi dalam perayaan itu, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa peringatan baptisan Yesus yang penuh warna tahun ini akan membantu mengangkat semangat kita yang tertekan oleh perang.
“Kami berdoa untuk perdamaian dan kesatuan gereja,” katanya.
Hari Epiphany menandai awal dari perayaan Natal Ortodoks, lebih lambat dari 25 Desember – tanggal bagi banyak orang Kristen lainnya – karena kalender tradisional yang berbeda. Ini adalah salah satu hari libur Gereja Ortodoks yang paling penting, memperingati pembaptisan Yesus di Sungai Yordan.