• News

Perubahan Iklim Picu Puluhan Bencana Mengerikan Tahun Ini

Asrul | Senin, 27/12/2021 12:15 WIB
Perubahan Iklim Picu Puluhan Bencana Mengerikan Tahun Ini Kebakaran Hutan Akibat Perubahan Iklim, (foto: Kumparan)

JAKARTA - Dalam beberapa dekade terakhir perubahan iklim telah mengubah kondisi alam tidak stabil dan memicu pulahan bencana alam yang mengerikan di tahun ini yang menimbulkan banyak korban jiwa.

Menurut laporan badan amal, Christian Aid, yang dikutip dari BBC pada Senin (27/12), puluhan bencana alam ekstrim tersebut telah menyebabkan kerusakan lebih dari US$1,5 miliar.

Dampak keuangan terbesar berasal dari Badai Ida yang melanda AS pada Agustus lalu, dan banjir di Eropa pada Juli silam. Di banyak daerah yang lebih miskin, banjir dan badai menyebabkan penderitaan yang parah dan kekeringan seperti masyarakat yang berada di kawasan tandus Afganistan.

Tidak setiap peristiwa cuaca ekstrem disebabkan oleh atau terkait dengan perubahan iklim. Namun kini ilmuwan menjadi lebih berani dalam mengeksplorasi hubungan di antara keduanya.

Salah satu peneliti terkemuka, Friederike Otto, dalam cuitannya awal tahun ini menyebut bahwa setiap gelombang panas yang terjadi di dunia sekarang, "dibuat lebih mungkin dan lebih intens" oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

Sehubungan dengan badai dan angin topan, semakin banyak bukti bahwa perubahan iklim juga mempengaruhi peristiwa-peristiwa ini.

Pada Agustus lalu, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menerbitkan bagian pertama dari laporan penilaian keenamnya.

Sehubungan dengan badai dan siklon tropis, para penulis sepakat bahwa terdapat bukti pengaruh manusia dalam hal menyebabkan bencana ini.

"Proporsi siklon tropis yang intens, kecepatan angin siklon tropis puncak rata-rata, dan kecepatan angin puncak dari siklon tropis paling intens akan meningkat pada skala global dengan meningkatnya pemanasan global," kata studi tersebut. Hanya beberapa minggu setelah laporan itu keluar, Badai Ida melanda AS.

Menurut Christian Aid itu adalah peristiwa cuaca yang paling merusak secara finansial tahun ini. Badai yang bergerak lambat membuat ribuan penduduk di Louisiana dievakuasi dari jalurnya.

Badai itu membawa hujan deras di sejumlah negara bagian dan kota, dengan New York mengeluarkan peringatan darurat banjir bandang untuk pertama kalinya. Sekitar 95 orang tewas, dengan kerugian ekonomi diperkirakan mencapai US$65 miliar.

Peristiwa paling mahal kedua secara finansial adalah banjir yang meluas di seluruh Jerman, Prancis, dan negara-negara Eropa lainnya pada Juli lalu.

Kecepatan dan intensitas air membanjiri pertahanan dan 240 orang kehilangan nyawa. Kerugian yang dilaporkan sekitar US$43 miliar.

Banjir di Sudan Selatan membuat lebih dari 800.000 orang mengungsi sementara 200.000 orang harus mengungsi untuk menghindari Topan Tauktae yang melanda India, Sri Lanka dan Maladewa pada bulan Mei.

"Itu adalah dampak kemanusiaan yang besar," kata Kat Kramer dari Christian Aid.

"Jelas, kehilangan rumah, mata pencaharian, dan segalanya, dan tidak memiliki sumber daya untuk membangun kembali itu sangat sulit. Padahal setidaknya jika Anda memiliki asuransi, Anda memiliki mekanisme untuk membangunnya kembali," imbuh dia.

Laporan tersebut menyoroti perlunya peningkatan upaya untuk membatasi emisi karbon dioksida, untuk mengurangi dampak terkait cuaca di masa depan.

FOLLOW US