• News

Seruan Genosida Oleh Majelis Hindu Picu Kemarahan Muslim di India

Akhyar Zein | Jum'at, 24/12/2021 09:14 WIB
Seruan Genosida Oleh Majelis Hindu Picu Kemarahan Muslim di India Ilustrasi. MUslim Indiaturun ke jalan menentang UU Kewarganegaraan yang diskriminatif kepada muslim di Mumbai, India, Jumat (20/12/2019). (foto:AP/ republika.co.id/)

JAKARTA - Seruan untuk genosida Muslim di majelis agama Hindu yang diadakan di India utara telah memicu kemarahan di negara itu,  mantan kepala militer, aktivis hak asasi, dan politisi menuntut tindakan.

Presiden Jamiat Ulama-i-Hind, organisasi sosial-keagamaan Muslim terbesar di India, menuduh pemerintah menutup mata terhadap seruan terbuka terhadap komunitas Muslim, serta pidato kebencian yang dilakukan secara teratur oleh elemen pinggiran secara terorganisir.

Dalam sebuah surat kepada menteri dalam negeri negara itu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (NHRC), Komite Nasional untuk Minoritas, dan menteri utama Uttarakhand, di mana majelis diadakan di kota Haridwar, Maulana Mahmood Madni menuntut tindakan tegas terhadap para pelanggar.

"Mereka telah mengancam perdamaian dan kerukunan bangsa. Saya menuntut tindakan tegas harus diambil terhadap penyelenggara dan pembicara," kata Maulana Madni.

 

Masyarakat sipil terkejut

Setelah video majelis agama menjadi viral di media sosial, advokat terkemuka Prashant Bhushan menuntut tindakan terhadap penyelenggara dan peserta.

"Mengejutkan! Semua orang yang berpidato di konvensi ini harus ditangkap karena pelanggaran serius di bawah IPC (Hukum Pidana India) & UAPA (Undang-Undang Pencegahan Aktivitas Melanggar Hukum). Mahkamah Agung harus memperhatikan hal ini," kata Bhushan di Twitter.

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Ved Malik juga setuju bahwa tindakan harus diambil.

"Setuju. Pidato-pidato seperti itu mengganggu kerukunan masyarakat dan mempengaruhi keamanan nasional. Tindakan diperlukan oleh Admin Sipil (administrasi)," tweetnya.

Partai Kongres oposisi juga bereaksi terhadap acara tersebut, dengan juru bicara Shama Mohamed mengatakan di Twitter: "Munawwar Faruqui telah dihukum karena tuduhan lelucon yang bahkan tidak dia lakukan, tetapi tidak ada tindakan terhadap anggota `Dharm Sansad` yang secara terbuka menyerukan genosida terhadap Muslim di Haridwar! Apakah India masih demokrasi!"

Munawar Faruqui adalah seorang pelawak Muslim yang baru-baru ini yang disarankan agar dia tidak melakukan pertunjukan lagi di tengah protes oleh kelompok sayap kanan Hindu. Dua belas pertunjukan Faruqui dibatalkan dalam dua bulan karena dugaan ancaman vandalisme karena kelompok-kelompok Hindu menuduhnya mengejek dewa-dewa Hindu.

Sementara itu, Ketua Partai Kongres Trinamool, Saket Gokhale, pada Kamis mengajukan pengaduan terhadap penyelenggara dan pembicara acara keagamaan yang digelar pada 17-20 Desember itu. Acara tersebut diselenggarakan oleh pengamat kontroversial Yati Narsinghanand Giri.

Cuplikan dari acara tiga hari menjadi viral, setelah para peserta menyerukan kekerasan terhadap Muslim. Bagian dari konferensi itu disiarkan secara langsung.

Sadhvi Annapurna alias Pooja Shakun Pandey, sekretaris jenderal Hindu Mahasabha, menyerukan pembunuhan massal terhadap umat Islam.

“Tidak ada yang mungkin tanpa senjata. Jika Anda ingin melenyapkan populasi mereka maka bunuhlah mereka. Bersiaplah untuk membunuh dan bersiaplah untuk masuk penjara. Bahkan jika 100 dari kita siap untuk membunuh 20 lakh (2 juta) dari mereka (Muslim) , maka kita akan menang,” katanya.

Kepala polisi Uttarakhand Ashok Kumar mengatakan mereka akan menyelidiki masalah ini dan mengambil tindakan sesuai hukum.

Polisi telah mendaftarkan kasus terhadap pelaku karena mempromosikan ketidakharmonisan, permusuhan, atau perasaan kebencian antara kelompok yang berbeda.(AA)

FOLLOW US