• News

Mahfuz Sidik: Politik Jangan Rusak Prinsip Ummatan Washatan

Yahya Sukamdani | Minggu, 17/10/2021 15:49 WIB
Mahfuz Sidik: Politik Jangan Rusak Prinsip Ummatan Washatan Sekretaris Jenderal Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfuz Sidik. Foto: gelora/katakini.com

Katakini.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfuz Sidik mengatakan, politik jangan merusak prinsip Ummatan Washatan (umat Islam tengahan) yang ada di Indonesia. Kultur Ummat Islam Indonesia adalah berada di tengah-tengah atau moderat.

Sayangnya, akibat pemahaman yang tidak utuh selama ini, kerap dijadikan sebagai agenda politik, sehingga seringkali memicu ekstrimisme pemikiran dan sikap beragama yang salah.

"Kultur dasar muslim di Indonesia itu ummat tengahan. Tapi pemahaman yang tidak utuh dan agenda politik,  yang seringkali memicu ekstremisme pemikiran dan sikap beragama," kata Mahfuz Sidik dalam keterangannya, Minggu (17/10/2021).

Hal ini disampaikan Mahfuz pula dalam webinar Moya Institute bertajuk `Umat Islam Indonesia: Ummatan Wasathan` secara daring di Jakarta, Jumat (15/10/2021).

Menurut Mahfuz, menjadi orang Indonesia itu takdir. Sementara menjadi Muslim, Nasrani, Hindu, dan Budha adalah pilihan. Perbedaan pilihan keyakinan agama bertemu dalam kesamaan takdir, yaitu orang Indonesia.

Maka agenda politik keumatan, seharusnya justru untuk memperkuat takdir bersama Indonesia. Bukan malah sebaliknya, memecah-belah Indonesia.

"Budaya ummat tengahan akan kuat jika pemahaman terhadap ajaran Islam terus dibangun dan politisi tidak menjadikan sentimen agama sebagai alat dan agenda politik," katanya.

Sentimen keagamaan tentu saja dapat mengganggu konsep ummatan wasathan, serta memunculkan potensi terjadinya kembali pembelahan politik dan masyarakat yang luar biasa seperti pada Pemilu 2019 yang lalu.

"Konsep ummatan wasathan merupakan konsep masyarakat harmonis, moderat, dan berdiri di tengah sehingga dapat diterima oleh semua pihak," katanya.

Menurut dia, apabila pembelahan politik terjadi lagi pada Pemilu 2024, maka konsep ummatan wasathan akan kembali porak poranda, karena beda pilihan politik, akibat agama di politisasi.

"Ketika Pilpres 2019 lalu, pembelahan politiknya luar biasa. Bahkan, sampai ada perceraian akibat perbedaan pilihan capres. Jadi pernikahan yang merupakan wahana ibadah dalam Islam, bisa porak-poranda akibat pilihan politik. Ini akibat dari politisasi agama," ujarnya.

Karena itu, Mahfuz berharap agar Umat Islam dapat memahani konsep Ummatan Wasathan di tengah-tengah masyarakat agar diterima oleh semua pihak, dan tidak terpengaruh oleh politisasi agama kelompok tertentu.

"Jadi bila kita mau membangun masyarakat yang Ummatan Wasathan, maka kebaikan dan keadilan atau keseimbangan harus menjadi nilai dan orientasi kita bersama," pungkasnya

FOLLOW US