• News

Kebiadaban Israel Jadikan Mayat Warga Palestina Alat Tawar-menawar

Ariyan Rastya | Jum'at, 08/10/2021 16:40 WIB
Kebiadaban Israel Jadikan Mayat Warga Palestina Alat Tawar-menawar Warga Palestina Mustafa Erekat, seorang ayah yang putranya Ahmed ditembak mati oleh pasukan Israel di sebuah pos pemeriksaan Tepi Barat tahun lalu dan menahan tubuhnya setelah itu. (Foto: BBC)

ABU DIS – Kebiadaban Israel kembali tercium dengan menjadikan mayat sebagai alat tawar-menawar dalam bernegosisasi dengan Palestina.

Omar Shakir, direktur Israel dan Palestina di Human Rights Watch yang berbasis di New York, mengatakan Israel telah mengubah "mayat menjadi alat tawar-menawar".

Ini adalah salah satu dari lusinan kasus di mana Israel menahan jenazah warga Palestina yang tewas dalam konflik.

Mereka beralasan untuk mencegah serangan dan berpotensi menukarnya dengandua jenazah tentara Israel yang ditahan oleh kelompok militan Palestina Hamas di Jalur Gaza.

Salah satu contoh korban dari praktek Israel ini adalah Mustafa Erekat, seorang ayah yang anaknya dibunuh oleh pasukan Israel dan jenazahnya ditahan hingga sekarang.

Lebih dari setahun setelah putranya (Ahmed) dibunuh oleh pasukan Israel dalam sengketa di Tepi Barat yang diduduki, Erekat masih terus mencari jenazah putranya.

“Ahmed akan segera menikah, dan dia memiliki rumah yang siap untuknya,” kata Erekat.

Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz beralasan bahwa dengan menahan jenazah akan mencegah serangan dan akan membantu memastikan kembalinya tawanan dan jenazah Israel. 

Bukan hanya itu saja, dilasnir dari BBC bahwa kebiadaban mereka juga terekam pada tahun 2011, mereka menukar lebih dari 1.000 tahanan Palestina dengan seorang tentara Israel yang telah ditangkap oleh militan Palestina lima tahun sebelumnya dan ditahan di Gaza.

Sebelumnya pada 2008 juga mereka memperdagangkan lima tahanan Lebanon, termasuk seorang militan terkenal, dan sisa-sisa hampir 200 warga Lebanon dan Palestina yang tewas dalam pertempuran, menukarnya dengan dua tentara Israel yang ditangkap oleh kelompok militan Hizbullah Lebanon dua tahun sebelumnya.

Orang-orang Palestina dan kelompok hak asasi manusia memandang praktik memegang jenazah sebagai bentuk hukuman kolektif yang semakin menambah penderitaan keluarga yang ditinggalkan.

FOLLOW US