• News

Muslim Uzbekistan Dipaksa Cukur Jenggot

Yahya Sukamdani | Jum'at, 11/06/2021 05:13 WIB
Muslim Uzbekistan Dipaksa Cukur Jenggot Muslim Uzbekistan. Foto: fanstellendeutschland

Katakini.com - Polisi di Angren, kota di Timur Uzbekistan telah memaksa puluhan Muslim untuk mencukur jenggot mereka. Kebijakan ini banyak dikritik organisasi Hak Asasi Manusia (HAM) dalam negeri dan internasional.

Seorang penduduk kota mengaku kepada RFE/RL, Selasa (8/6/2021), pada sehari sebelumnya dia telah dipanggil ke kantor polisi. Bersama lusinan pria lainnya, ia dipaksa mencukur jenggotnya.

"Polisi memperingatkan kami jika menolak mencukur jenggot, mereka akan melakukannya dengan paksa. Mereka mengambil foto kami sebelum dan sesudah jenggot dicukur," kata pria itu yang dirahasiakan namanya.

"Semua pria yang dipanggil ke polisi dipaksa untuk mencukur jenggot adalah Muslim yang taat. Ketika kami mencoba untuk memprotes, menuntut untuk menunjukkan kepada kami undang-undang yang melarang jenggot, polisi mengatakan "jenggot Anda berbeda dari yang dimiliki pria lain, dan Anda terlihat berbeda." Kami yang mencoba menolak bercukur diperingatkan akan didakwa dengan ketidaktaatan kepada polisi.  Tidak ada cara lain bagi kami selain mengikuti perintah mereka," kata pria lain kepada RFE/RL.

Pejabat polisi kota Angren tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Ada banyak laporan dalam beberapa tahun terakhir tentang polisi yang mencari pria berjenggot panjang di Uzbekistan. Sebuah kampanye yang dianggap sebagai upaya untuk memerangi Islam radikal di negara berpenduduk 32 juta jiwa tersebut.

Pada bulan lalu, sebuah video yang beredar di internet menunjukkan seorang polisi di Timur Namangan menginstruksikan bawahannya untuk mencari pria berjenggot, memaksa mereka mencukur, dan mendokumentasikan prosesnya.

Pihak berwenang telah menolak laporan tersebut, dengan mengatakan bahwa dalam beberapa kasus warga diminta mencukur jenggotnya agar memiliki penampilan yang sesuai dengan foto dalam dokumen kependudukan.

Ketua kelompok HAM Ezgulik di Tashkent, Abdurakhman Tashanov, mengatakan kepada RFE/RL bahwa organisasinya telah mencatat banyak kasus di mana polisi memaksa Muslim mencukur jenggotnya.

"Memiliki jenggot adalah masalah pribadi. Adalah salah untuk menganiaya seseorang atau memaksa seseorang untuk mencukur. Namun, di negara kita, jenggot dianggap sebagai tanda radikalisme Islam dan pria berjenggot diperlakukan dengan prasangka," kata Tashanov seperti dilansir republika.co.id.

Dua tahun lalu, Shuhrat Ganiev, yang saat itu menjabat sebagai gubernur wilayah timur Ferghana, menolak memberikan pinjaman kepada petani lokal hanya karena dia memiliki jenggot.

Pada tahun 2016, penggemar sepak bola berjenggot tidak diizinkan masuk ke stadion di kota Bukhara. Polisi menginstruksikan mereka untuk bercukur sebelum menghadiri pertandingan.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada bulan Juni tahun lalu bahwa Uzbekistan terus membatasi kebebasan beragama dengan memaksa umat Islam untuk mencukur jenggotnya dan melarang mengenakan jilbab di sekolah dan kantor.

FOLLOW US