• News

Kementan Komitmen Tingkatkan Ekspor Sarang Burung Walet

Asrul | Selasa, 11/05/2021 10:16 WIB
Kementan Komitmen Tingkatkan Ekspor Sarang Burung Walet Sarang burung walet (Foto: radarpekalongan)

Jakarta, katakini.com - Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) berkomitmen meningkatkan kegiatan ekspor sarang burung walet (SBW), sebagai bagian dari program gerakan tiga kali lipat ekspor (Gratieks).

Direktur Jenderal PKH, Kementan, Nasrullah mengklaim, Indonesia hingga saat ini masih menjadi penghasil SBW terbesar di dunia dengan menguasai pangsa pasar sekitar 70%.

Di 2019, volume ekspor yang dilakukan sebesar 1.259 ton dengan nilai sekitar Rp 5,07 triliun. Pada 2020 mengalami peningkatan volume ekspor menjadi sebesar 1.319 ton, otomatis meningkatkan nilai menjadi Rp 7,83 triliun.

"Produksi ekspor SBW ini cukup positif dalam dua tahun terakhir. Tapi tetap masih perlu ditingkatkan Kembali," ujar Nasrullah.

Nasrullah mengatakan, strategi Ditjen PKH dalam meningkatkan ekspor SBW di antaranya dengan memperbanyak rumah walet di daerah pesisir dan wilayah potensi lainnya.

Selain itu, pihaknya juga akan mengupayakan pengembangan unit usaha pembersihan dan pengolahan sarang walet (saat ini baru ada 78 Unit Usaha yang memiliki Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner/NKV). Dan pendampingan peningkatan Level NKV serta menyusun SNI produk SBW.

Kemudian, akan ditingkatkan kembali registrasi rumah walet di daerah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan upaya pemberian insentif terhadap pelaku ekspor melalui penurunan pajak daerah.

Lalu, diplomasi dengan Negara China juga akan diperkuat untuk peningkatan volume ekspor dengan melibatkan kementerian dan lembaga terkait. Karena, Tiongkok menjadi pasar terbesar ekspor SBW dari Indonesia, baik secara langsung maupun melalui Malaysia, Vietnam dan Hongkong.

"Dan yang terpenting akan ditingkatkan penguatan Regulasi Ekspor SBW berkordinasi dengan Kemendag. Selain itu, ditingkatkan juga promosi SBW antara lain melalui upaya bisnis matching dan kordinasi dengan atase pertanian dan atase perdagangan," papar Nasrullah.

Nasrullah mengatakan, Kementan juga telah menindaklanjuti permasalahan yang ada dalam proses ekspor ke Tiongkok sebagai penerima ekspor terbesar SBW dari Indonesia. Misalnya dengan memenuhi persyaratan administrasi dan teknis yang dituntut General Administration of Customs China (GACC).

Ke depannya, ia juga memastikan akan melakukan koordinasi internal dengan beberapa pihak seperti Kemendag, Kemenlu dan KBRI China sebelum berkomunikasi dengan GACC untuk mengatasi hambatan persetujuan registrasi eksportir SBW.

"Walaupun Kementan telah melaksanakan semua proses persyaratan terkait ekspor, namun perlu terus melakukan sinergi dan koordinasi," kata Nasrullah.

Kementan dalam beberapa tahun terakhir sejatinya telah mendorong peningkatan produksi dan ekspor SBW)melalui berbagai program dan kegiatan. Program SBW ini difokuskan pada peningkatan produksi yang berdaya saing, baik melalui penyiapan bibit, pengolahan dan pasca panen, serta penguatan aspek kesehatan produk sesuai persyaratan pasar internasional.

Saat ini Indonesia sendiri memang sedang menghadapi tantangan untuk meningkatkan eksport SBW khususnya ke China, yaitu terkait dengan persyaratan yang diminta GACC, dan telah melakukan diplomasi intensif dalam memenuhi persyaratan yang diminta oleh GACC.

Terkait hal tersebut, Kementan sedang melakukan pembenahan pada proses budidaya, pengolahan dan pasca panen melalui penerapan Good Agiricultural Practises (GAP) maupun Good Handling Practices (GHP).

"Selain itu, Kementan juga mengupayakan pembiayaan untuk pengembangan SBW khususnya melalui skema pembiayaan KUR," tutur Nasrullah.

Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, tren ekspor SBW atau Collocalia sp, menunjukan peningkatan signifikan dalam lima tahun terakhir.

"Ini adalah anugerah dari Tuhan untuk kita, tanpa perawatan khusus walet memberikan sumbangan devisa negara dan pendapatan bagi petani peternak," ujar Syahrul.

FOLLOW US