• Info MPR

Peringkat Pertama IKT, MPR Canangkan Salatiga Menjadi Kota Empat Pilar

Akhyar Zein | Rabu, 31/03/2021 15:52 WIB
Peringkat Pertama IKT, MPR Canangkan Salatiga Menjadi Kota Empat Pilar Ketua MPR, Bambang Soesatyo dalam acara Pencanangan Kota Salatiga menjadi Kota Empat Pilar. (Foto: MPR)

INFO MPR - Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) mencanangkan Kota Salatiga Jawa Tengah sebagai Kota Empat Pilar.

Memiliki jumlah penduduk mencapai 192.322 jiwa dengan jumlah 95.025 laki-laki dan 97.297 perempuan, terdiri lebih dari 39 etnis, enam agama dan berbagai aliran kepercayaan, kehidupan sosial masyarakat di Kota Salatiga sangat kental menerapkan nilai-nilai Empat Pilar MPR RI, yakni Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945), NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

"Kota Salatiga merupakan salah satu kota yang sangat berkesan dalam hidup saya. Ayah saya lahir, besar, dan dimakamkan di Salatiga. Sejak kecil, saya turut mengalami suasana harmonis dalam kehidupan masyarakat Salatiga. Tidak berlebihan jika banyak yang menilai Kota Salatiga merupakan miniatur Indonesia, tempat bermuaranya warga pendatang dari berbagai daerah dengan latar belakang sosial dan budaya yang sangat beragam. Namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan sehingga menjadikannya sebagai `city of harmony`," ujar Bamsoet dalam pencanangan Kota Salatiga sebagai Kota Empat Pilar, di Pendopo Walikota Salatiga, Jawa Tengah, Rabu (31/3/21).

Bamsoet menjelaskan, dalam laporan SETARA Institute tentang Indeks Kota Toleran (IKT) Tahun 2020, Kota Salatiga berada di peringkat pertama. Meraih nilai tertinggi pada 5 dari 8 indikator penilaian. 

Di mana indikator penilaian meliputi rencana pembangunan, kebijakan diskriminatif, peristiwa intoleransi, dinamika masyarakat sipil, pernyataan publik pemerintah kota, tindakan nyata pemerintah kota, heterogenitas agama, dan inklusi sosial keagamaan.

"Ini menggambarkan etos kerja masyarakat Kota Salatiga yang tidak pernah puas dan terlena pada satu titik pencapaian. Tetapi, terus berupaya melakukan berbagai pembenahan dan perbaikan," kata Bamsoet.

Bamsoet menambahkan, pencapaian tersebut merupakan peningkatan dari capaian yang diraih pada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2015, Kota Salatiga menduduki peringkat keempat Kota Paling Toleran. Selanjutnya tahun 2017 peringkat ketiga, dan tahun 2018 pada peringkat kedua.

"Suasana guyub antar kalangan masyarakat tercermin dalam keberadaan Alun-Alun Pancasila, di depan pendopo kantor Walikota Salatiga. Berkunjung ke sana, siapapun akan merasakan perasaan nyaman karena eratnya interaksi masyarakat tanpa memandang suku, agama, kepercayaan, ras, maupun golongan," jelas Bamsoet.

Bamsoet menerangkan, capaian Kota Salatiga sebagai kota paling toleran bukanlah hal yang mudah untuk dicapai. Karena membangun kebersamaan dalam keberagaman, mudah diwacanakan tetapi banyak tantangan dalam implementasinya.

Bangunan kebersamaan yang tidak dilandasi akar kuat akan mudah terkoyak oleh berbagai rongrongan. Baik yang bersifat paham ideologi maupun tindakan yang dapat memecah belah persatuan.

"Kota Salatiga telah membuktikan dirinya bahwa perbedaan suku, agama, ras, golongan, maupun kepercayaan, bukanlah halangan untuk membangun persatuan. Kuncinya ada pada penanaman nilai dalam keluarga sebagai unit terkecil masyarakat. Dari Salatiga, kita berharap virus toleransi bisa semakin menyebar ke berbagai pelosok Nusantara," pungkas Bamsoet.

FOLLOW US