• News

Mentan: Generasi Milenial Adalah Masa Depan Sektor Pertanian

Asrul | Jum'at, 26/03/2021 14:30 WIB
Mentan: Generasi Milenial Adalah Masa Depan Sektor Pertanian Nopan Purwadi saat menerima penghargaan dari Bupati Purwakarta. (Foto: Kementan)

Purwakarta, katakini.com - Kementerian Pertanian terus mengupayakan lahirnya petani-petani muda. Proses regenerasi petani di seluruh penjuru Indonesia dilakukan.

Keseriusan dalam mencetak petani muda diwujudkan dalam sejumlah kebijakan dan program. Kehadiran sosok Nopan Purwadi, model yang alih profesi menjadi petani, bisa menjadi inspirasi.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo meyakini generasi muda menjadi penentu kemajuan pertanian nasional. Menurut Mentan SYL, estafet petani selanjutnya berada di pundak generasi ini.

“Generasi milenial adalah masa depan sektor pertanian. Generasi yang mampu memanfaatkan teknologi yang tersedia, dunia dalam genggaman mereka,” ujar Mentan

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, menyatakan bahwa keberadaan para petani milenial sangat diperlukan untuk menjadi pelopor sekaligus membuat jejaMereka (petani milenial) diharapkan mampu menarik minat generasi muda untuk menekuni usaha dibidang pertanian.ring usaha pertanian.

“Mereka (petani milenial) diharapkan mampu menarik minat generasi muda untuk menekuni usaha dibidang pertanian. Apalagi sudah banyak petani milenial yang kini telah menjadi pengusaha sektor pertanian dan mengembangkan usahanya dari hulu hingga ke hilir,” ujar Dedi

Kisah inspirasi datang dari Nopan Purwadi warga Desa Sukahaji Kecamatan Tegal Waru Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. Ia rela meninggalkan hiruk pikuk dunia model dan serius alih profesi menjadi petani. Nopan terpesona dengan potensi jamur tiram.

Lahir dari keluarga petani, Nopan mengaku mantap memilih menjadi petani dan merasa lebih bahagia karena bisa memberdayakan masyarakat sekitar dengan usaha jamur tiramnya.

Berkat dedikasinya, pada 2018 dua penghargaan dari Bupati Purwakarta diraihnya, yaitu sebagai kelompok yang berhasil mengentaskan kemiskinan di wilayahnya dan penghargaan sebagai Petani Milenial Usaha Budidaya Jamur Tiram. 

Dari hasil taninya pula Ia bisa melanjutkan pendidikan.

“Saya seneng dengan bertani karena saya merasa lebih fresh. Hati dan pikiran saya adem, saya merasa uang lebih berkah dan bermanfaat. Dari hasil tani selain bisa membantu mempekerjakan tetangga sekitar juga bisa melanjutkan pendidikan," ujar Nopan Kamis, (25/03/2021).

Belajar budidaya secara otodidak lewat internet dan media lainnya, Nopan bisa membuat kultur jaringan. Ia menjadikan lorong rumah ukuran 1,5 m x 4 meter sebagai awal usaha jamur tiram, yang kini mantap ditekuninya. 

Lorong rumah tersebut diisi 500 baglog dan hasil panen pertamanya langsung Ia buat jamur crispy yang dijual menyasar siswa sekolah dengan kemasan sederhana dibandrol seharga Rp 1000.

Seiring waktu, usaha tani jamurnya semakin berkembang dan memerlukan perluasan lahan. Ia pun memanfaatkan kamar rumah dan kandang sapi yang disulap menjadi rumah jamur (Kubung). 

Jamur yang dihasilkan langsung diolah menjadi olahan jamur tiram crispy berbagai rasa yang dikemas cantik dan laris manis di pasaran dengan brand Jamur Crispy Ngehe yang berarti Ngeunah dan Hemat. Produksinya bisa diperoleh di pasar-pasar online terkemuka.

Dalam sehari Ia memproduksi 30 – 40 kilogram jamur crispy dan setiap dua minggu Iapun sibuk memenuhi pesanan khusus rutin 100 kg.

Hal ini lantas mendorong Nopan berinovasi mengembangkan kaldu jamur dan rendang jamur kemasan.

Kesuksesannya memunculkan animo warga sekitar berusaha tani jamur yang kemudian membuka peluang usaha penjualan baglog. Dalam sebulan tak kurang dari 400 – 7000 log berhasil keluar. Hasil jamur warga sekitar Ia tampung, dilakukan packing selanjutnya dijual langsung ke konsumen.

“Yang membeli baglog, hasil jamurnya kami tampung juga, kami kemas dan kami jual langsung ke konsumen, jamur kami, “ terangnya.

Cita – cita besarnya saat ini ialah membangun tempat wisata edukasi khusus jamur dan mengajak  kalangan muda untuk menjadi petani. Ia merasa pertanian bisa membawanya pada kehidupan yang lebih layak.

FOLLOW US