• News

Turki Menilai Eropa Sulit Melihat Islamofobia Sebagai Bentuk Diskriminasi

Yahya Sukamdani | Jum'at, 19/02/2021 05:07 WIB
Turki Menilai Eropa Sulit Melihat Islamofobia Sebagai Bentuk Diskriminasi Islamofobia di Eropa.

Katakini.com – Pemerintah Turki menilai negara-negara Eropa sulit melihat rasisme dan Islamofobia sebagai bentuk diskriminasi. Untuk itu, Turki berencana membentuk sub komite untuk menyelidiki meningkatnya tingkat rasisme dan Islamofobia di negara-negara Eropa.

Demikian dikatakan oleh kepala Komite Hak Asasi Manusia Turki Hakan Cavusoglu dalam sebuah pernyataan, Rabu (17/2/2021) waktu setempat

"Rasisme di Eropa secara budaya berubah menjadi Islamofobia, yang mengekspresikan ketakutan dan kebencian terhadap Islam dan Muslim," kata Hakan dikutip laman Daily Sabah, Kamis (18/2/2021).

Menurutnya, Dewan Eropa, Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) dan Uni Eropa belum dapat membentuk posisi yang jelas tentang anti-Islamisme. Dia mengatakan, negara-negara Eropa sulit melihat Islamofobia sebagai bentuk diskriminasi.

Oleh karenanya, parlemen Turki memiliki inisiatif untuk membentuk sub komite yang memuat masalah-masalah terkait Islamofobia. "Sub-komite akan melakukan pemeriksaan di tempat di negara-negara Eropa tentang masalah itu. Ini akan mengadakan pembicaraan dengan lembaga dan organisasi internasional tentang masalah ini," ujarnya menambahkan.

Sub-komite akan mulai bekerja setelah anggota parlemen ditugaskan oleh komite hak asasi manusia. Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu belum lama ini mengatakan, bahwa Turki akan menyiapkan laporan tahunan tentang Islamofobia di Eropa.

Sebagaimana dilansir republika.co.id, tren meningkatnya Islamophobia, rasisme dan xenophobia telah meresahkan masyarakat Turki yang tinggal di negara-negara Barat, khususnya di Eropa. Serangan rasis yang menargetkan Muslim atau imigran semakin menjadi berita utama ketika supremasi kulit putih menjadi lebih efisien di zaman di mana cita-cita mereka, atau setidaknya sebagian dari mereka, menjadi arus utama.

Tidak ada satu kelompok besar pun yang mengatur serangan terhadap Muslim dan imigran. Sebaliknya, serangan individu menyebabkan lebih banyak serangan oleh peniru.

Iklim politik yang toleran dengan dalih kebebasan berbicara telah membantu simpatisan sayap kanan dengan kecenderungan kekerasan memperluas dukungan mereka. Semisal, Islamofobia sedang disamarkan sebagai sekularisme di Prancis, kata seorang pemimpin oposisi Prancis baru-baru ini dalam kritik terhadap pemerintah yang dipimpin Emmanuel Macron, yang mendapat kecaman karena kebijakan terhadap Muslim yang tinggal di negara itu.

FOLLOW US