• News

Anak Gajah Sumatera Lahir Ditengah Ancaman Virus Mematikan

Akhyar Zein | Jum'at, 05/02/2021 06:54 WIB
Anak Gajah Sumatera Lahir Ditengah Ancaman Virus Mematikan Anak gajah dan induknya (foto Antara)

Katakini.com- Kabar bahagia datang dari Taman Nasional Gunung Leuser, Langkat, Sumatera Utara.

Seekor Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) lahir di Pusat Latihan Satwa Khusus Gajah Sumatera Tangkahan pada Senin.

Bayi gajah berjenis kelamin betina itu dilahirkan induk bernama Sari.

Bayi yang belum punya nama itu kini dalam kondisi sehat.

Kelahiran gajah itu disambut gembira oleh pihak taman nasional meskipun disertai was-was. Bukan apa-apa, sudah tiga anak gajah tewas karena virus gajah yang bernama Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV).

EEHV adalah epidemic yang telah menjalar di seluruh penjuru dunia. Virus ini umumnya menjangkiti bayi gajah yang berusia di bawah lima tahun.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Leuser Jefry Susyafrianto mengatakan, petugas terus memantau perkembangan induk dan bayi gajah tersebut.

"Kami juga sudah cek ke lokasi untuk melihat kondisi gajah. Alhamdulillah, bayi gajah ini sehat beserta induknya," kata Jefry kepada wartawan Anadolu Agency pada Rabu.

Menurut Jefry, Sari melahirkan secara alami tanpa bantuan medis. Bayinya memiliki tinggi sekitar 108 sentimeter dengan lingkar tubuh 90 sentimeter serta bobot mencapai 69 kilogram.

Proses persalinan Sari pertama kali diketahui oleh seorang mahout. Saat itu, sang bayi sudah berdiri di samping induknya.

Setelah melahirkan, Sari pun langsung mengonsumsi sebagian plasenta. Perilaku itu memang biasa dilakukan gajah demi merangsang produksi air susu buat anaknya.

"Air susu induknya juga banyak dan bisa memenuhi kebutuhan bayinya. Sementara kita juga harus menjaga induknya agar tetap sehat. Oleh karena itu dia harus terus diberi pakan dan tambahan nutrisi. Kemarin juga dilakukan suntik vitamin buat Sari," tutur Jefry.

Sari, yang kini berusia sekitar 35-40 tahun, dulunya merupakan gajah liar. Sari juga sempat melahirkan bayi beberapa tahun lalu. Namun tewas akibat sakit usai terjangkit EEHV.

Pengalaman itulah yang membuat petugas kini berjuang keras agar peristiwa serupa tak terulang.

"Kita memang punya pengalaman itu. Dulu dua ekor meninggal pada 2013 dan satu ekor pada 2015," ungkap Jefry.

Secara terpisah, Founder and Director of Veterinary Society for Sumatran Wildlife Conservation (Vesswic) Dr Muhammad Wahyu membenarkan kondisi induk dan bayi gajah yang baru lahir tersebut dalam kondisi sehat.

Vesswic sendiri merupakan lembaga swadaya yang memberi bantuan medis untuk gajah-gajah yang ada di pusat pelatihan.


--Tiga anak gajah tewas

Selama didirikan pada 2003 silam, Pusat Latihan Satwa Khusus Gajah Sumatera Tangkahan telah melahirkan tiga generasi.

Pada generasi pertama, ada tiga ekor anak gajah yang lahir. Namun malang, ketiganya mati akibat terjangkit EEHV tipe A.

Sedangkan untuk generasi kedua juga terdapat tiga ekor gajah yang lahir di lokasi tersebut. Masing-masing bernama Christ, Albertina dan Europa. Nasib mereka lebih beruntung karena kini dalam kondisi sehat.

Namun beberapa tahun lalu, Europa sempat terserang penyakit dengan gejala menyerupai EEHV.

"Hasil laboratorium menunjukkan positif EEHV, namun tidak terkonfirmasi EEHV tipe yang mana," ujar Wahyu

Wahyu menjelaskan, terdapat tujuh tipe atau strain EEHV. Di antaranya ada yang bersifat bersifat lethal atau mematikan, namun ada pula yang tidak.

Tidak hanya menyerang Gajah Sumatera, virus itu juga menjangkiti jenis gajah lain, seperti Gajah Afrika (Loxodonta) dan Gajah Asia (Elephas maximus).

Di sisi lain, vaksin untuk menangkal virus tersebut juga belum ditemukan hingga saat ini.

"Jadi bukan hanya menyerang Gajah Sumatera saja. Virus ini telah hadir di seluruh penjuru dunia yang mengancam pertumbuhan populasi gajah," ungkap Wahyu sambil menambahkan mekanisme penularan penyakit ini belum diketahui dan belum ada.


--Gajah jadi objek pariwisata

Pusat Latihan Satwa Khusus Gajah Sumatera terletak di Tangkahan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Tempat ini dikenal sebagai satu di antara objek wisata di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.

Selain gajah, Tangkahan juga sohor akan panorama sungai khas hutan tropis.

Daya tarik itu membuat tempat ini tak hanya ramai dikunjungi wisatawan lokal. Namun juga mancanegara.

Kini, pusat pelatihan tersebut memiliki koleksi sembilan ekor gajah. Sebagian besar dulunya merupakan gajah liar.

Untuk melatih mereka, terdapat sekitar 11 orang mahout yang bertugas di tempat ini.

Gajah-gajah di sini mempunyai aktivitas rutin setiap harinya. Mulai dari mandi di sungai hingga menjelajahi hutan.

Dari sembilan ekor gajah, dua di antaranya merupakan pejantan. Namun hanya satu ekor yang sudah berusia dewasa, yakni Theo.

Saban hari, petugas harus menyediakan setidaknya 200 kilogram pakan untuk satu ekor gajah.

"Pakan yang kita beri biasa pelepah kelapa sawit, rumput gajah, kemudian suplemen berupa buah-buahan seperti pisang, pepaya," kata Jefry.

Gajah Sumatera merupakan satwa endemik Indonesia. Satwa ini dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Barang siapa saja yang memelihara, memburu, memperjualbelikan dan menyelundupkan Gajah Sumatera akan dikenakan hukuman lima tahun penjara dan denda Rp100 juta.

Gajah Sumatera masuk dalam kategori kritis atau Critically Endangered versi International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List.

Berdasar data 2017, populasi Gajah Sumatera diperkirakan sekitar 1.694 hingga 2.038 individu. Mereka tersebar di tujuh provinsi di Pulau Sumatera. Yakni meliputi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung.(Anadolu Agency)

FOLLOW US