• News

Airnav Paparkan Kronologi Jatuhnya Sriwijaya Air, Tak Ada Laporan Darurat dari Pilot

Akhyar Zein | Kamis, 04/02/2021 05:37 WIB
Airnav Paparkan Kronologi Jatuhnya Sriwijaya Air, Tak Ada Laporan Darurat dari Pilot Ilustrasi: Petugas KNKT memeriksa puing-puing pesawat setelah kecelakaan. (Foto Anadolu Agency)

Katakini.com - Airnav Indonesia mengatakan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021 tidak melaporkan kondisi darurat atau tidak normal sebelum hilang kontak dan jatuh ke laut.

Pesawat dengan rute Jakarta-Pontianak itu lepas landas pukul 14.36 WIB dari landasan pacu 25 Bandara Soekarno-Hatta, kemudian hilang dari radar pukul 14.40 WIB.

“Selama proses jam 14.36 sampai 14.39 tidak ada laporan pesawat dalam kondisi tidak normal. Semua berlangsung dengan normal,” ujar Direktur Utama Airnav Indonesia, Mohamad Pramintohadi Sukarno dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR RI di Jakarta, Rabu.

Berdasarkan catatan kronologi AirNav, pilot mengontak Jakarta Approach setelah melewati ketinggian 1.700 kaki, tidak lama setelah lepas landas.

“Diinstruksikan oleh (air traffic) controller untuk naik ke ketinggian 29 ribu kaki mengikuti prosedur standar alur keberangkatan,” kata Pramintohadi.

Pesawat melewati ketinggian 7.900 kaki pada pukul 14.38 WIB. Pada saat ini SJ 182 meminta untuk bergerak ke arah 075 derajat kepada ATC dengan alasan menghindari cuaca.

ATC mengizinkan hal tersebut dan menginstruksikan SJ 182 naik ke ketinggian 11 ribu kaki.

“Ini dijawab pilot, clear. Kita minta naik ke 11 ribu kaki karena pada ketinggian yang sama ada pesawat yang akan terbang juga ke Pontianak yaitu Air Asia,” jelas Pramintohadi.

Pesawat mencapai ketinggian 10.600 kaki pada pukul 14.39 WIB, kemudian ACT menginstruksikan agar SJ 182 naik ke ketinggian 13 ribu kaki. Instruksi ini masih direspons baik oleh pilot.

Pada pukul 14.39 WIB, SJ 182 justru berbelok ke kiri ke arah barat laut berdasarkan pemantauan melalui radar ATC.

Pramintohadi mengatakan seharusnya pesawat saat itu berbelok ke arah kanan pada posisi 075 derajat.

Petugas di ATC kemudian mengonfirmasi perubahan arah SJ 182 tersebut, namun tidak mendapat respons. SJ 182 kemudian juga menghilang dari radar.

“ATC berusaha memanggil berulang kali, sampai 11 kali, dibantu oleh penerbangan lain antara lain Garuda untuk coba komunikasi dengan SJ 182 namun tidak ada respons,” kata Pramintohadi.

Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan pesawat menukik ke bawah dan membentur permukaan laut.

Dia memastikan pesawat tidak meledak di udara dan mesin masih dalam keadaan hidup hingga ketinggian 250 kaki sebelum jatuh membentur air.

“Pesawat secara utuh sampai membentur air, jadi tidak ada pecah di udara. Temuan turbin pesawat menunjukkan konsistensi bahwa mesin pesawat masih hidup sebelum pesawat membentur air,” jelas Soerjanto.

KNKT telah mengunduh data penerbangan dari salah satu kotak hitam pesawat yakni Flight Data Recorder (FDR) yang ditemukan pada 12 Januari 2021.

Tim investigasi masih mencari satu kotak hitam lainnya, yakni Cockpit Voice Recorder (CVR) yang belum ditemukan hingga Rabu.

“Pencarian memory unit CVR dilanjutkan tanpa bantuan under water locator beacon. Jadi kita mencarinya dengan meraba-raba di dasar laut,” ujar Soerjanto.

KNKT sedang meneliti dugaan adanya masalah pada sistem autothrottle pesawat yang memiliki 13 parameter.

Autothrottle merupakan sistem untuk mengatur tenaga pesawat secara otomatis, sehingga pesawat hanya perlu memberi tahu kecepatan yang diinginkan ke komputer.

Komputer selanjutnya akan mengatur tenaga mesin untuk menerbangkan pesawat dengan kecepatan yang diinginkan.

Menurut Soerjanto, KNKT juga telah mengirimkan sejumlah komponen pesawat ke Amerika Serikat dan Inggris untuk membantu dianalisis.

“Dari komponen itu kita akan mengetahui yang rusak yang mana dari 13 parameter ini, yang membuat perubahan pada autothrottle,” ujar dia.


—Tidak lintasi area hujan dan turbulensi

Kepala Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 melintasi area dengan posisi ukuran desibel atau dbz yang rendah.

"Hal tersebut menandakan bahwa area tersebut bukan area awan signifikan, bukan area hujan, serta bukan area in-cloud turbulence (turbulensi dalam awan yang signifikan)," ujar Dwikorita.

BMKG juga mengatakan tidak terdapat potensi icing pada ketinggian sekitar 11 ribu kaki atau pada posisi pesawat Sriwijaya Air berada.

Namun kondisi cuaca di sekitar Bandara Soekarno-Hatta saat itu sempat memburuk pada pukul 13.11 WIB sehingga menyebabkan penerbangan ditunda.

"Kemudian pada jam 14.36 WIB kondisi cuaca sudah mulai membaik sehingga pesawat oleh ATC (air traffic controller) diizinkan take off. Namun 4 menit berselang pesawat lost contact (hilang kontak)," ujar Dwikorita.

Pesawat Sriwijaya Air membawa total 62 orang, terdiri dari dua pilot, empat orang awak kabin, dan 56 penumpang dalam penerbangan ini.

Disaster Victims Identification (DVI) Polri telah mengidentifikasi 58 jenazah korban pesawat nahas tersebut sejauh ini.(Anadolu Agency)

FOLLOW US