• Bisnis

Bank Indonesia Dorong Pemulihan Ekonomi Melalui Stimulus Moneter Dan Makroprudensial

Akhyar Zein | Jum'at, 04/12/2020 07:20 WIB
Bank Indonesia Dorong Pemulihan Ekonomi Melalui Stimulus Moneter Dan Makroprudensial Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo

JAKARTA (AA) – Bank Indonesia menegaskan komitmen dalam mendukung pemulihan ekonomi melalui stimulus pada kebijakan moneter dan makro prudensial.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan ekonomi akan mulai positif pada kuartal keempat sehingga sepanjang tahun pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran minus 1 hingga minus 2 persen.

BI senantiasa mengarahkan instrumen kebijakannya untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional melalui koordinasi erat dengan pemerintah dan KSSK,” jelas Perry dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia secara virtual, Kamis.

Dia mengatakan stimulus kebijakan moneter yang akomodatif akan dilanjutkan pada 2021 dengan tetap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah berdasarkan fundamental dan mekanisme pasar untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Perry menambahkan Bank Indonesia akan tetap menerapkan kebijakan suku bunga rendah sampai muncul tanda-tanda meningkatnya tekanan pada inflasi.

“Suku bunga 3,75 persen merupakan yang terendah sepanjang sejarah,” kata dia.

Bank Indonesia juga telah menyalurkan likuiditas perbankan atau `quantitative easing` sebesar Rp682 triliun atau 4,4 persen PDB yang merupakan stimulus moneter terbesar di antara negara berkembang.

Selain itu, Perry mengatakan BI juga masih akan melanjutkan pembelian surat berharga negara (SBN) dari pasar perdana untuk pembiayaan APBN 2021 sebagai pembeli siaga atau non-competitive bidder.

“Sementara pembelian SBN secara langsung hanya berlaku untuk APBN 2020,” ungkap Perry.

Dia merinci untuk pembiayaan APBN 2020 BI sudah membeli SBN dari pasar perdana sebesar Rp72,5 triliun serta menanggung seluruh pendanaan dan beban biaya `public goods` sebesar Rp297 triliun.

Secara total BI telah membeli SBN untuk pembiayaan APBN 2020 sebesar Rp369,5 triliun.

BI juga menanggung sebagian beban untuk anggaran non-public goods UMKM sebesar Rp114,8 triliun dalam APBN 2020.

“Ini wujud komitmen tinggi BI untuk pemulihan ekonomi nasional meskipun berdampak defisit besar pada neraca BI mulai tahun 2021 dan tahun-tahun berikutnya,” jabar Perry.

Kemudian BI juga menerapkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif dengan rasio countercyclical buffer yang dipertahankan tetap 0 persen.

Selanjutnya, rasio intermediasi makroprudensial berada pada kisaran 84-94 persen dan rasio penyangga likuioditas makroprudensial sebesar 6 persen. (Anadolu Agency)

FOLLOW US