• News

Covid-19 Meningkat, Fasilitas Kesehatan di Khawatirkan Kolaps

Akhyar Zein | Rabu, 02/12/2020 09:25 WIB
Covid-19 Meningkat, Fasilitas Kesehatan di Khawatirkan Kolaps Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono

Katakini.com - Kasus Covid-19 di sejumlah daerah di Indonesia meningkat dalam beberapa pekan terakhir dan membuat fasilitas kesehatan terancam kolaps.

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat jumlah kasus positif nasional meningkat hingga 19,8 persen dan kasus kematian meningkat sebesar 39,2 persen dalam sepekan terakhir.

Indonesia, hingga Selasa, telah melaporkan 543.974 orang dengan kasus aktif sebanyak 72.015 orang dan kasus meninggal sebanyak 17.081 orang.

Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menuturkan kenaikan yang paling signifikan terjadi di Jawa Tengah.

Jawa Tengah mencatat kasus positif meningkat 93,4 persen dalam sepekan, sedangkan kasus kematian meningkat sebesar 134 persen.

Banten, Jawa Timur, Lampung, Kepulauan Riau, dan Jakarta juga melaporkan kenaikan jumlah kasus.

“Ini menunjukkan treatment bagi mereka yang positif di fasilitas kesehatan yang belum memadai. Ini harus menjadi perhatian kita semua,” kata Wiku dalam konferensi pers virtual pada Selasa.

Wiku melanjutkan, jumlah daerah yang masuk kategori zona merah atau berisiko tinggi terhadap penularan meningkat menjadi 50 kabupaten dan kota dari pekan sebelumnya sebanyak 28 kabupaten/kota.

Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono berpendapat kenaikan kasus di sejumlah daerah merupakan dampak dari libur panjang pada akhir Oktober 2020.

Menurut dia, ada pergerakan jutaan penduduk pada libur panjang tersebut sehingga menambah risiko penularan di tengah masyarakat.

“Setiap mobilitas penduduk seperti itu polanya, Pulau Jawa terdampak semua. Ada grafik pergerakan penduduk, ini fakta yang tidak bisa dibantah,” kata Pandu kepada Anadolu Agency, Selasa.

Dia melanjutkan, dampak dari kenaikan ini akan terasa lebih buruk di daerah yang tidak memiliki kapasitas tes dan fasilitas kesehatan sebaik Jakarta.

“Di daerah [fasilitas kesehatan] berpotensi luber, sekarang sudah mulai naik,” ujar Pandu.

“Dampaknya bisa banyak pasien meninggal di IGD atau ruang emergency, belum sempat mendapat perawatan,” kata dia.

Di Jakarta saja, Sekretariat Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet mencatat penambahan pasien yang makin tinggi dan cepat pada beberapa hari terakhir.

Wisma Atlet telah mengubah fungsi salah satu menara yang tadinya merupakan tempat isolasi mandiri menjadi fasilitas untuk merawat pasien dengan gejala.

Yogyakarta juga mencatat bahwa tempat 95 persen tempat tidur untuk pasien Covid-19 telah terisi dari total 463 unit di 27 rumah sakit yang disiapkan hingga Senin.

Sedangkan Jawa Tengah melaporkan bahwa rata-rata rumah sakit telah terisi hingga 75 persen.

Namun, Epidemiolog dari Universitas Jenderal Soedirman, Yudhi Wibowo mengatakan jika ditilik per kabupaten maka angkanya justru lebih mengkhawatirkan.

Dia mencontohkan Kabupaten Banyumas yang juga belakangan menunjukkan peningkatan kasus hingga lima kali lipat dan angka kematian yang meningkat empat kali lipat pada November dibandingkan dengan Oktober.

“Hampir semua rumah sakit full merawat yang bergejala sedang, berat, hingga kritis. Yang isolasi mandiri maupun dirawat di ruang karantina cukup banyak juga,” kata Yudhi.

Yudhi yang juga merupakan tim pakar untuk Pemerintah Kabupaten Banyumas, menuturkan bahwa hal serupa juga terjadi di kabupaten sekitar.

“Di kabupaten sekitar sudah banyak yang datang ke Kabupaten Banyumas karena terbatasnya jumlah rumah sakit di daerah mereka,” jelas dia.

“30 persen tempat tidur terisi oleh orang-orang dari luar kabupaten, sementara kita juga sangat butuh,” lanjut Yudhi.

Senada dengan Pandu, Yudhi menuturkan situasi ini merupakan dampak dari libur panjang dan akumulasi dari kerumunan masyarakat, pesta pernikahan, hingga pelonggaran terhadap operasional pabrik.

Baik Pandu maupun Yudhi juga mengingatkan bahwa jumlah kasus masih berpotensi meningkat mengingat ada 270 daerah yang akan menggelar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dengan jumlah pemilih mencapai 100 juta orang.

Selain itu, libur panjang pada akhir 2020 juga dikhawatirkan dapat memicu mobilitas penduduk dan lonjakan kasus.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Faqih mengatakan lonjakan kasus akan membuat beban tenaga medis dan fasilitas kesehatan semakin berat.

“Kalau semakin berat, akan berisiko petugas kesehatan banyak yang tertular dan gugur,” kata Faqih.

IDI mencatat telah ada 180 dokter yang meninggal dunia akibat Covid-19 sejauh ini. Jumlah tersebut belum termasuk perawat dan tenaga medis lainnya yang juga gugur.(Anadolu Agency)

FOLLOW US