• News

Para Pakar Prediksikan Uni Eropa Tak Jatuhkan Sanksi Yang Berat Pada Turki

Akhyar Zein | Selasa, 01/12/2020 15:40 WIB
Para Pakar Prediksikan Uni Eropa Tak Jatuhkan Sanksi Yang Berat Pada Turki Bendera Uni Eropa

Katakini.com – Di tengah ketegangan yang meningkat antara Turki dan Uni Eropa (UE), beberapa pakar berpendapat bahwa KTT pemimpin Uni Eropa pada 10-11 Desember tak akan menjatuhkan sanksi substansial terhadap pemerintah Turki.

Sementara beberapa kalangan berpikir bahwa KTT mendatang akan menjadi "titik puncak" dalam hubungan dua pihak, para pengamat politik mengatakan bahwa perspektif ini tidak saja mencerminkan fakta dan UE pun tidak akan mengambil risiko kehilangan Turki.

Menurut Enes Bayrakli, direktur penelitian Eropa dari lembaga think tank Turki, Economic and Social Research (SETA), meski UE dan Turki tengah berselisih, mereka harus bekerja untuk memperkuat hubungan mereka melalui kerja sama.

Lingkungan politik internasional saat ini membuat kerja sama menjadi suatu keharusan bagi kedua belah pihak, kata Bayrakli, sambil mencatat bahwa tidak ada pihak yang memiliki pilihan untuk berpaling dari pihak lain.

Dia menambahkan bahwa KTT Desember mungkin menghasilkan beberapa keputusan "simbolis" terhadap Ankara, tapi tidak mungkin pakta Eropa akan mengadopsi sanksi yang signifikan.

Pakar Turki itu mengatakan wacana "titik puncak" lebih merupakan alat yang digunakan untuk memberikan tekanan psikologis terhadap Ankara.

Bayrakli lebih lanjut mencatat bahwa Eropa telah melewati periode transformasi yang serius dalam dua dekade terakhir karena wacana tertentu yang diadopsi oleh sayap kanan dan kiri, yang merupakan salah satu alasan di balik ketegangan dengan Turki.

"Jadi, untuk menjadi aktor global, Eropa membutuhkan negara seperti Turki," dan mereka juga perlu menghadapi kelemahannya sendiri.

Dia menambahkan bahwa Uni Eropa tidak memiliki kemampuan seperti itu saat ini.

"Sebaliknya, Eropa sedang bergerak ke arah [struktur] sayap kanan dan otoritatif," tutur dia.

Nursin Atesoglu Guney, seorang akademisi di departemen Hubungan Internasional Universitas Nisantasi di Istanbul, setuju bahwa Turki dan UE telah melalui masa sulit, namun UE tidak akan menyerah pada Turki.

"Saya tidak berpikir UE akan memilih untuk bergabung dengan Turki," kata dia, seraya menambahkan kedua belah pihak entah bagaimana bergantung satu sama lain.

Organisasi Eropa saat ini memiliki banyak perselisihan internal, selain perselisihan dengan Turki, ucap dia.

Beberapa anggota UE, termasuk Prancis, Austria, Yunani, dan Siprus Yunani, ingin menyudutkan dan menjatuhkan sanksi terhadap, ujar dia, sambil menambahkan ada negara anggota lain yang memiliki hubungan bilateral dan kepentingan bersama dengan Ankara.

Menurut Guney, UE tidak akan memutuskan hubungannya dengan Turki karena berbagai alasan, termasuk masalah ekonomi dan keamanan.

Sementara itu, tambah dia, mengecualikan Turki tidak akan menguntungkan para pemimpin Eropa.(Anadolu Agency)

FOLLOW US