• News

Teror di Sigi, PKB Minta Jangan Kaitkan Teroris dengan Islam

Yahya Sukamdani | Senin, 30/11/2020 23:41 WIB
Teror di Sigi, PKB Minta Jangan Kaitkan Teroris dengan Islam Ketua Fraksi PKB DPR RI Cucun Achmad Syamsurijal. Foto: faktanews

Katakini.com - Ketua Fraksi PKB DPR Cucun Ahmad Sjamsurijal meminta agar prilaku teror di Sigi, Sulawesi Tengah, oleh kelompok Ali Kalora jelas bertentangan dengan ajaran Islam.

Tindakan Ali Kalora Cs dengan membunuh empat orang yang masih satu keluarga jelas tidak dibenarkan, apalagi jika alasan pembunuhan tersebut atas nama perbedaan agama. Tindakan Ali Kalora Cs itu jelas aksi terorisme yang bertujuan memunculkan ketakutan di kalangan masyarakat.

"Jelas tindakan Ali Kalora Cs bertentangan dengan ajaran agama Islam, maka perilaku itu jelas tidak pernah dibenarkan di hadapan hukum positif maupun hukum Islam itu sendiri," ujar Cucun di Jakarta, Senin (30/11/2020).

Anggota Komisi III DPR ini memberikan apresiasi terhadap langkah TNI dan Polri yang bergerak cepat menyikapi kasus ini. Berdasarkan informasi yang diterima saat ini Polri terus menambah jumlah posko pengamanan di sekitar wilayah pembantaian empat warga di Sigi.

Selain itu Panglima TNI juga telah membentuk pasukan khusus untuk membantu Polri untuk menangkap gerombolan Ali Kalora.

"Memang harus diakui medan di sana berat. Gerombolan ini memanfaatkan lebatnya hutan dan sulitnya medan pegunungan untuk bersembunyi. Mereka juga disiplin untuk tidak menggunakan alat komunikasi sehingga menyulitkan pelacakan. Tapi kami yakin TNI/Polri punya kemampuan memadai untuk mengejar dan membasmi kelompok ini,” tegas Cucun.

Cucun mengatakan dengan peristiwa ini menjadi pengingat jika bibit terorisme masih ada di Indonesia. Pemerintah harus terus maju dalam upaya penanggulangan bibit terorisme tersebut. Menurutnya pemerintah harus bisa bergandeng tangan dengan pemuka agama, ormas, hingga lembaga-lembaga pendidikan berbasis agama untuk mengkampanyekan bahaya radikalisme.

"Radikalisme dan terorisme selalu berawal dari cara pandang intoleran yang biasanya muncul dari cara beragama yang sempit dan jumud. Oleh karena itu perlu terus dilakukan kampanye perlunya moderasi cara beragama di tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang memang secara sunnatullah beragam," katanya.

FOLLOW US