Katakini.com - Duta Besar Ethiopia untuk Indonesia, Prof Admasu Tsegaye membantah akan ada perang sipil di negaranya saat ini.
Ia menegaskan, pemberitaan-pemberitaan soal perang tersebut jauh dari kenyataan, karena yang terjadi sebenarnya hanya aksi kriminal dari kelompok barisan sakit hati disebabkan kekalahan dalam pemilu di Tigray, salah satu negara bagian di Ethiopia.
"Ini bukan perang sipil, hanya ada kelompok kecil bernama TPLF (Tigray People’s Liberation Front) yang melakukan aksi kriminal di wilayah Tigray," kata Dubes Admasu dalam rilis pers di Jakarta, Kamis (26/11/2020).Dubes dari negeri terpadat kedua di Benua Afrika mengungkapkan, kelompok kriminal itu telah menyerang angkatan militer nasional yang ada di wilayah Tigray untuk merampas peralatan militer. Selain itu, TPLF juga telah melakukan pembantaian terhadap ratusan warga di kawasan tersebut.Menurut Admasu, aksi-aksi tersebut berawal dari kekalahan TPLF dalam pemilu Ethiopia tahun 2018 lalu. Sebelumnya, TPLF merupakan merupakan kelompok yang berkuasa selama 27 tahun di Ethiopia. Selama kepemimpinan mereka, yang ada hanyalah korupsi dan ketimpangan pembangunan yang tidak merata dan membawa Ethiopia pada kemunduran dibandingkan dari negara-negara Afrika lainnya. “Hal tersebut kemudian memunculkan gelombang protes mayoritas warga Ethipoia yang menghendaki perubahan, mengingat negeri mereka di bawah TPLF tidak mengalami kemajuan yang signifikan,” ujarnya menjelaskan kronologi kejadiannya.Kemudian keinginan rakyat terwujud semenjak pucuk pimpinan Ethiopia beralih ke Perdana Menteri Abiy Ahmed sejak April 2018. Dalam waktu kurang dari delapan bulan, Abiy melakukan perubahan masif dan membawa harapan bagi banyak orang di Eithopia. “Kebijakannya diaparesiasi karena berani melakukan rekonsiliasi nasional, mengajak berbagai elemen yang berbeda untuk duduk bersama membesarkan Ethiopia,” ungkap Admasu.Abiy membebaskan tahanan politik dan jurnalis yang ditangkap dibawah rezim TPLF karena berbeda pendepat. Bahkan partai politik dan kelompok bersenjata yang diasingkan juga dirangkul kembali mengambil bagian dalam kondisi politik yang damai. Reformasi hukum digalakkan. Begitupun dengan kebijakan ekonomi yang inovatif dan pro rakyat dilakukannya. Selanjutnya, memulihkan perdamaian antara Ethiopia dan Eriteria. “Ethiopia dengan berbagai image buruk, seketika berubah drastis dan hadiah nobel perdamaian bergengsi pun disematkan kepada Perdana Menteri Abiy Ahmed,” katanya.