• News

Sejak Maret, Konsultasi Dokter via Daring Naik Tajam

Syafira | Sabtu, 21/11/2020 10:05 WIB
Sejak Maret, Konsultasi Dokter via Daring Naik Tajam Konsultasi dokter secara daring (Foto: Franchise India)

Jakarta, katakini.com - Berbagai platform daring kebanjiran pengguna di masa pandemi Covid-19. Salah satunya HaloDoc yang menjembatani konsultasi kesehatan antara pasien dengan dokter secara virtual.

Doddy Lukito, Chief (In Hospital) Business Officer & Co Founder HaloDoc mengatakan, dari data internal HaloDoc sejak Maret-Mei transaksi tele konsultasi dengan dokter melalui platform HaloDoc meningkat enam kali lipat.

Selain itu, terdapat pula peningkatan terhadap transaksi pembelian obat melalui aplikasi sebesar 300 persen.

Hal ini, kata Lukito, menunjukkan bahwa di masa pandemi inovasi sangat dibutuhkan. Karenanya, dia mengimbau masyarakat untuk tidak ragu untuk terus mencoba menciptakan inovasi.

"Saat kita menemukan solusi pertama kali, mungkin itu tidak langsung tepat guna. Kita pantau terus hasilnya seperti apa, sambil kita terus beradaptasi untuk mencapai hasil yang kita harapkan. Dari situ kita terus berevolusi," kata Lukito dalam acara Dialog Produktif bertema `Berinovasi dan Optimis Meningkatkan Usaha di Masa Pandemi`, yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), pada Jumat (06/11) lalu.

Adapun peluang di lapangan juga perlu dilihat secara holistik. Inovasi biasanya tumbuh dalam kondisi lingkungan yang tidak nyaman. Dengan begitu para inovator ini merasa perlu mengintervensi kondisi tersebut, untuk mencapai kondisi yang lebih baik. Kegagalan justru terjadi bagi mereka yang tidak beradaptasi pada lingkungan.

"Memang, kita harus tahu apa sasaran atau pasar yang akan menerima solusi kita. Teknologi hanyalah salah satu faktor. Solusi tidak harus bersifat teknologi. Intinya bagaimana solusi tersebut dapat menjawab kebutuhan pengguna," sambung dia.

Sementara itu, Dr. Avanti Fontana, Dosen dan Fasilitator Strategi dan Manajemen Inovasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia mengatakan, inovasi seringkali dikatikan dengan hal-hal sulit dan penuh risiko. Padahal, inovasi justru diperlukan dalam menghadapi situasi yang terus berubah akibat pandemi Covid-19 ini.

"Produk-produk solutif yang dihasilkan wirausahawan bukanlah sesuatu yang dihasilkan tiba-tiba, tapi dilakukan secara sistematis, dan memiliki tujuan untuk menyelesaikan masalah. Kalau bicara pandemi, tentu tujuannya bagaimana mengatasi pandemi dan tujuan yang lebih besar adalah menggapai kesejahteraan baik dalam jangka dekat maupun jangka panjang," tutur Avanti.

Avanti melanjutkan, hal-hal yang perlu direspon saat pandemi Covid-19 ini tentu adalah inovasi yang dapat membantu Indonesia keluar dari kondisi ketidakpastian. Untuk hal ini perlu sensitivitas yang tinggi dalam menemukan peluang yang tepat.

Di sisi lain, lanjut Avianti, pemerintah turut berperan dalam menciptakan kondisi ekosistem yang kondusif agar inovasi tersebut berjalan dengan baik.

"Untuk itu saya ada data dari Index Inovasi Global yang diterbitkan oleh INSEAD bekerjasama dengan WIPO. Pada tahun 2017-2020, tingkat inovasi Indonesia cukup stabil di angka 30/100. Di tahun 2020, skor Indonesia 26/100. Di sini menunjukkan bahwa betapa besarnya peluang inovasi bisa tumbuh di Indonesia. Itu butuh regulasi yang kondusif," ujar dia.

Adapun perihal dampaknya, inovasi yang berhasil tidak hanya berdampak ekonomi namun juga berdampak sosial yang luas. Seperti halnya yang dilakukan pemerintah saat ini adalah bentuk inovasi di bidang publik, untuk membangkitkan ekonomi nasional.

"Para inovator harus kritis dan peduli serta mau melakukan analisis kondisi. Terapkan empati kepedulian sosial dari hulu sampai hilir. Lalu turunkan dalam analisis kekuatan dan kelemahannya kemudian peluang dan tantangannya. Dari situ kemudian bisa digali apa masalah yang bisa disolusikan dan ditawarkan ke masyarakat. Negara juga memiliki peran dalam menjaga ekosistem ini tetap kondusif," tutup Dr. Avianti.

FOLLOW US