• Bisnis

Di Tengah Pandemi, Pengalihan Bisnis ke Virtual Jadi Kebutuhan

Asrul | Selasa, 10/11/2020 09:03 WIB
Di Tengah Pandemi, Pengalihan Bisnis ke Virtual Jadi Kebutuhan Ilustrasi Pinjaman Online (REQ)

Jakarta, katakini.com - Seiring perkembangan yang terjadi di Asia, terdapat ditengahnya adalah Industri 4.0, yang juga dikenal sebagai digitalisasi industri. Mengalihkan bisnis dan perusahaan ke ruang virtual yang cerdas dan terhubung bukan lagi menjadi pilihan, melainkan kebutuhan untuk bertahan hidup, terutama ditambah akibat tekanan yang ditimbulkan oleh pandemi.

Sebuah studi baru oleh Deloitte menunjukkan tren ini dengan sebagian besar (96%) perusahaan dari Asia Pasifik (APAC) mengungkapkan bahwa mereka telah melakukan audit untuk menemukan peluang dalam Industri 4.0, persentase ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global yaitu sebesar 51%.

“Tingkat digitalisasi Asia Pasifik masih berada dalam tahap awal hingga akhirnya pandemi memaksa semua orang untuk mempertimbangkan kembali praktik operasional mereka. Kehadiran Industri 4.0 ini merupakan sebuah revolusi yang mengutamakan konsumen sebagai pilar pentingnya. Bersama terobosan seperti Big Data, Internet of Things (IoT), 5G, Industri 4.0 hadir untuk menciptakan masa depan sesuai dengan apa yang kita kehendaki,” komentar Stephan Neumeier, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.

Masa depan yang dikehendaki (Customised future) berarti produk dan layanan diciptakan berdasarkan preferensi konsumen. Ini juga dikenal sebagai "personalisasi", sebuah tren yang diperkenalkan oleh ultra-broadband seluler 4G, yang menghadirkan kekuatan pada ujung jari manusia untuk memanggil taksi saat mereka membutuhkannya, mengalirkan lagu atau konten yang diinginkan, dan banyak lagi.

Dengan meningkatnya kemajuan teknologi, mayoritas konsumen (83%) menghargai pengalaman yang dipersonalisasi terbukti dengan kesediaan mereka untuk memberikan data demi mewujudkannya. Faktanya, konsumen secara tidak sadar memberikan lebih banyak data daripada yang mereka pikir sebelumnya.

Misalnya, sesederhana pilihan lagu yang dibuat beberapa kali dan kemudian dianalisis dapat memungkinkan perusahaan streaming musik memprediksi suasana hati pengguna pada waktu dan lokasi tertentu. Hal yang sama juga berlaku untuk aplikasi kencan yang dapat mengetahui apakah seseorang dalam keadaan sedih dan rentan, pada jam berapa, hanya berdasarkan jumlah swipe konsumen dari kiri ke kanan.

Dalam hal pelacakan lokasi, para konsumen telah membagikan lokasi mereka secara real-time, bahkan sebelum pandemi terjadi. Dengan konsumen menggunakan peta virtual untuk menemukan jalan atau mengetahui situasi lalu lintas, secara langsung juga memberdayakan aplikasi tersebut dalam mengumpulkan sejumlah besar data, sehingga memungkinkannya untuk memprediksi pola perilaku dan fisik mereka.

Data tersebut menjadi berisiko apabila akhirnya berada di tangan yang salah.
Dengan jumlah informasi tersebut, masa depan yang dikehendaki sangat mungkin terjadi karena banyak perusahaan sekarang mengenal konsumen mereka lebih baik daripada konsumen itu sendiri.

Ancaman di Industri Manufaktur Asia Pasifik

Beberapa start-up di seluruh dunia, menyadari permintaan tersebut, dan akhirnya mengeksekusi kustomisasi massal mereka. Para pelanggan kini dapat memiliki nama mereka sendiri di sol sepatu mereka, mendapatkan kalung pesanan, serta implan tubuh dan dosis obat yang disesuaikan, dan banyak lagi.

Meskipun fenomena tersebut adalah bukti kekuatan teknologi saat dimanfaatkan dengan tepat, namun proses manufaktur yang fleksibel dan sangat terhubung ini juga membuka permukaan serangan yang lebih luas bagi para pelaku kejahatan siber. Laporan terbaru dari Kaspersky untuk sistem otomasi industri menunjukkan bahwa Asia dan Afrika adalah kawasan yang paling tidak aman secara global selama enam bulan pertama tahun 2020.

Kawasan Asia memperoleh empat dari lima posisi teratas sebagai wilayah berdasarkan persentase komputer sistem kontrol industri (Industrial Control Systems /ICS) yang hampir terinfeksi pada paruh pertama tahun ini. Asia Tenggara mencatat persentase tertinggi, bahkan memimpin dalam beberapa peringkat.

Afrika berada di urutan kedua sementara Asia Tengah, Timur, dan Selatan mengikuti di tempat ketiga, keempat, dan kelima.
Dalam hal ransomware, wilayah di Asia masih memimpin dengan margin yang mencolok di peringkat regional. Lebih dari separuh negara dalam peringkat 15 teratas berasal dari Asia Pasifik.

“Tidak mengherankan bahwa komputer ICS di Asia Pasifik dihadapkan pada ancaman dunia maya dengan jumlah tertinggi, karena kawasan ini sedang dalam proses membangun masa depan yang berpusat pada pelanggan atau konsumen. Sistem cerdas dan produksi otomatis membutuhkan pertahanan mendalam dan cerdas untuk menggagalkan upaya berbahaya, yang mungkin melewati dari dunia maya ke dunia fisik. Untuk menghindari keadaan yang genting, diperlukan pendekatan desain yang aman. Kekebalan siber (cyber immunity) terhadap serangan harus tertanam dalam struktur sistem industri saat ini dan di masa depan,” tambah Neumeier.

Contoh penerapan Industri 4.0 yang aman dan menguntungkan telah dilakukan oleh Kaspersky bersama Siemens dalam budidaya ikan terapung cerdas pertama di Singapore Aquaculture Technologies (SAT). Pertama di Singapura dan diharapkan dapat menghasilkan sebanyak 350 ton ikan setiap tahunnya, fasilitas akuakultur senilai S$4 juta ini disiapkan untuk memenuhi kebutuhan warga Singapura akan ikan berkualitas sembari mengatasi tantangan perubahan iklim yang telah mengakibatkan penurunan populasi ikan.

“Konsumen kini mementingkan orisinalitas makanan mereka, jenis lingkungan asalnya, dan proses panen yang dilakukan sebelum itu dihidangkan di meja makan mereka. Dengan perubahan iklim dan tantangan lingkungan, produksi pangan sekarang harus berkembang dan berkelanjutan. Hal ini memungkinkan jika kami menggunakan teknologi yang tersedia dengan benar,” kata Raimund Klein, Executive Vice President untuk Asia Tenggara di Siemens Digital Industries.

“Dengan menggunakan analitik prediktif canggih yang inovatif seperti pembelajaran mesin dan analitik video, kami membantu SAT untuk memprediksi potensi pertumbuhan biomassa dan mencegah wabah penyakit, sehingga dapat mengurangi risiko kematian ikan. Kami juga membuka jalan untuk budidaya ikan yang terukur, sangat fleksibel, dan terpenting adalah ramah lingkungan di seluruh rantai nilai.” tambahnya.

FOLLOW US