• News

Sudutkan Islam, Kemenlu Kecam Presiden Prancis

Yahya Sukamdani | Selasa, 27/10/2020 23:51 WIB
Sudutkan Islam, Kemenlu Kecam Presiden Prancis Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah.

Katakini.com – Dinilai menyudutkan Islam dan membiarkan penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad S.A.W., oleh majalah satire Charlie Hebdo, Presiden Prancis Emmanuel Macron mendapat kecaman dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemenlu).

"Kementerian Luar Negeri memanggil Duta Besar Prancis di Jakarta hari ini. Dalam pertemuan itu, Kementerian Luar Negeri menyampaikan kecaman terhadap pernyataan yang disampaikan Presiden Prancis," kata Juru Bicara Kemenlu RI, Teuku Faizasyah, di Jakarta, Selasa (27/10/2020).

Macron memantik perdebatan setelah menyampaikan pernyataan pada Jumat (23/10/2020), pekan lalu. Dia mengatakan "Islam adalah agama yang mengalami krisis di seluruh dunia".

Meski demikian, Macron menyatakan tetap mempertahankan prinsip sekuler yang diterapkan Prancis.

Macron menyatakan pemerintahannya akan tetap melanjutkan dan menghormati segala perbedaan di dalam perdamaian.

Dia menyatakan tidak akan membiarkan ujaran kebencian dan tetap mempertahankan budaya debat untuk mempertahankan pendapat.

"Sejarah kami memperlihatkan perjuangan terhadap tirani dan fanatisme. Kami akan melanjutkannya. Kami akan tetap melanjutkan, akan tetap membela harga diri manusia dan nilai-nilai universal," ujar Macron.

Pernyataan Macron ditanggapi oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Dia mengatakan Macron harus memeriksakan kesehatan jiwanya akibat melontarkan pernyataan tersebut.

"Apa masalah individu yang dipanggil Macron dengan Islam dan dengan Muslim? kata Erdogan, "Macron butuh pengobatan mental."

Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, menuduh Macron, "menyerang Islam" akibat pernyataan tersebut.

"Ini adalah saat di mana Presiden Macron bisa memberikan sentuhan penyembuhan dan menyangkal ruang bagi para ekstremis daripada menciptakan polarisasi dan marginalisasi lebih lanjut yang pasti mengarah pada radikalisasi," cuit Khan.

"Sangat disayangkan bahwa dia memilih untuk mendorong Islamofobia dengan menyerang Islam daripada teroris yang melakukan kekerasan, baik itu Muslim, Supremasi Kulit Putih, atau ideologi Nazi," tambahnya.

FOLLOW US