• News

Turki Siap Kerja Sama dengan Rusia untuk Perdamaian di Azebaijan

Yahya Sukamdani | Minggu, 25/10/2020 05:07 WIB
Turki Siap Kerja Sama dengan Rusia untuk Perdamaian di Azebaijan Presiden Recep Tayyip Erdogan

Katakini.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan negaranya siap bekerja sama dengan Rusia menemukan solusi damai untuk konflik Armenia-Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.

Erdogan menekankan Turki memiliki hak yang sama seperti halnya Rusia.

“Tidak mungkin mengesampingkan pernyataan (Presiden Azerbaijan Ilham) Aliyev. Saya percaya bahwa di sini jika Rusia berpikir tentang dimasukkan dalam solusi untuk perdamaian, maka Turki memiliki hak yang sama untuk dimasukkan untuk perdamaian seperti Rusia," kata Erdogan pada Jumat (23/10), dikutip laman Daily Sabah.

Menurut Erdogan, Turki pun seharusnya mendapat tempat di Minsk Group, sebuah badan yang dibentuk The Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE) pada 1992 untuk memediasi konflik Armenia-Azerbaijan. Erdogan menilai, Rusia, Prancis, dan Amerika Serikat (AS) selaku presiden di lembaga tersebut belum menghasilkan solusi konkret untuk konflik Armenia-Azerbaijan.

Azerbaijan mengajukan tuntutan yang benar. Dikatakan, `Jika Armenia menyarankan Rusia (untuk negosiasi perdamaian), maka kami menyarankan Turki. Karena itu, Turki harus terlibat dalam perundingan damai dengan Rusia," ujar Erdogan seperti dilansir republika.co.id, Sabtu (24/10/2020).

Erdogan mengungkapkan sejauh ini belum ada respons atau komentar negatif dari Rusia atas saran dilibatkannya Turki dalam negosiasi perdamaian Armenia-Azerbaijan. “Kami telah bekerja bersama (dengan Rusia), apakah itu di Azerbaijan dan Armenia, atau hal-hal lain seperti Suriah dan Libya,” katanya.

“Saya berharap setelah ini, kami akan mengambil langkah-langkah sukses terkait Libya, Suriah atau Azerbaijan dan Armenia, dan menghasilkan solusi damai,” ujar Erdogan.
 
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Mike Pompeo telah melakukan pertemuan dengan Menlu Armenia Zohrab Mnatsakanyan dan Menlu Azerbaijan Jeyhun Bayramov. Mereka membahas tentang konflik di wilayah Nagorno-Karabakh.

Dalam pertemuan tersebut, Pompeo menekankan perlunya mengakhiri kekerasan dan melindungi warga sipil. "Keduanya harus menerapkan gencatan senjata dan kembali ke negosiasi substantif," ujarnya melalui akun Twitter pribadinya pada Jumat.

Kendati demikian, seusai pertemuan tersebut, tak ada kesepakatan yang diumumkan terkait penghentian konfrontasi di Nagorno-Karabakh. Sebelumnya Pompeo sempat mengatakan bahwa situasi terkait konflik di Nagorno-Karabakh memang rumit. "Ini adalah situasi diplomatik yang rumit," ucapnya awal pekan ini.

Sebelumnya Rusia sempat berhasil mendorong Armenia dan Azerbaijan untuk menyepakati gencatan senjata. Namun hal itu tak berlangsung lama. Pertempuran kembali berlangsung. Kedua negara saling tuding sebagai pihak pertama yang melanggar gencatan senjata.

Sejak 27 September lalu, Armenia dan Azerbaijan terlibat pertempuran di wilayah Nagorno-Karabakh yang dipersengketakan. Konflik Armenia dan Azerbaijan di wilayah itu sebenarnya telah berlangsung sejak awal dekade 1990-an. Persengketaan wilayah mulai muncul setelah Uni Soviet runtuh. Dari 1991-1994, pertempuran kedua negara diperkirakan menyebabkan 30 ribu orang tewas

FOLLOW US