“Tidak mungkin mengesampingkan pernyataan (Presiden
Azerbaijan Ilham) Aliyev. Saya percaya bahwa di sini jika
Rusia berpikir tentang dimasukkan dalam solusi untuk perdamaian, maka
Turki memiliki hak yang sama untuk dimasukkan untuk perdamaian seperti
Rusia," kata Erdogan pada Jumat (23/10), dikutip laman Daily Sabah.
Menurut Erdogan,
Turki pun seharusnya mendapat tempat di Minsk Group, sebuah badan yang dibentuk The Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE) pada 1992 untuk memediasi konflik
Armenia-
Azerbaijan. Erdogan menilai,
Rusia, Prancis, dan Amerika Serikat (AS) selaku presiden di lembaga tersebut belum menghasilkan solusi konkret untuk konflik
Armenia-
Azerbaijan.
“
Azerbaijan mengajukan tuntutan yang benar. Dikatakan, `Jika
Armenia menyarankan
Rusia (untuk negosiasi perdamaian), maka kami menyarankan
Turki. Karena itu,
Turki harus terlibat dalam perundingan damai dengan
Rusia," ujar Erdogan seperti dilansir republika.co.id, Sabtu (24/10/2020).
Erdogan mengungkapkan sejauh ini belum ada respons atau komentar negatif dari
Rusia atas saran dilibatkannya
Turki dalam negosiasi perdamaian
Armenia-
Azerbaijan. “Kami telah bekerja bersama (dengan
Rusia), apakah itu di
Azerbaijan dan
Armenia, atau hal-hal lain seperti Suriah dan Libya,” katanya.
“Saya berharap setelah ini, kami akan mengambil langkah-langkah sukses terkait Libya, Suriah atau
Azerbaijan dan
Armenia, dan menghasilkan solusi damai,” ujar Erdogan.
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Mike Pompeo telah melakukan pertemuan dengan Menlu
Armenia Zohrab Mnatsakanyan dan Menlu
Azerbaijan Jeyhun Bayramov. Mereka membahas tentang konflik di wilayah Nagorno-Karabakh.
Dalam pertemuan tersebut, Pompeo menekankan perlunya mengakhiri kekerasan dan melindungi warga sipil. "Keduanya harus menerapkan gencatan senjata dan kembali ke negosiasi substantif," ujarnya melalui akun
Twitter pribadinya pada Jumat.
Kendati demikian, seusai pertemuan tersebut, tak ada kesepakatan yang diumumkan terkait penghentian konfrontasi di Nagorno-Karabakh. Sebelumnya Pompeo sempat mengatakan bahwa situasi terkait konflik di Nagorno-Karabakh memang rumit. "Ini adalah situasi diplomatik yang rumit," ucapnya awal pekan ini.
Sebelumnya
Rusia sempat berhasil mendorong
Armenia dan
Azerbaijan untuk menyepakati gencatan senjata. Namun hal itu tak berlangsung lama. Pertempuran kembali berlangsung. Kedua negara saling tuding sebagai pihak pertama yang melanggar gencatan senjata.
Sejak 27 September lalu,
Armenia dan
Azerbaijan terlibat pertempuran di wilayah Nagorno-Karabakh yang dipersengketakan. Konflik
Armenia dan
Azerbaijan di wilayah itu sebenarnya telah berlangsung sejak awal dekade 1990-an. Persengketaan wilayah mulai muncul setelah Uni Soviet runtuh. Dari 1991-1994, pertempuran kedua negara diperkirakan menyebabkan 30 ribu orang tewas