Katakini.com - Indonesia harus bisa lolos dari jebakan negara berkembang atau middle-income trap. Untuk itu, harus dirumuskan strategi jitu untuk hal itu.
Presiden Joko Widodo mengatakan, untuk lolos dari jebakan middle-income trap harus bekerja dengan cara yang tidak biasa.
“Kesempatan kita sangat sempit. Tidak bisa hanya dilakukan dengan rutinitas saja, tidak bisa dilakukan dengan cara biasa-biasa saja, apalagi hanya disibukkan dengan administrasi saja, tidak bisa,” kata Joko Widod saat berpidato dalam acara Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI), Sabtu (4/7/2020) pagi.
Oleh karena itu, Jokowi lantas mengajak agar pemerintah dan stakeholder terkait segera memikirkan langkah-langkah yang harus ditempuh.
“Kita harus berubah, kita harus mengembangkan cara-cara baru, mengembangkan strategi baru, yang smart shortcut, yang out of the box.”
Bank Dunia, pada Kamis (2/7/2020), menetapkan bahwa status Indonesia tidak lagi negara berpenghasilan menengah ke bawah (lower-middle income).
Status Indonesia naik menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas (upper-middle income) lantaran Gross National Income (GNI) Indonesia pada 2019 tercatat US$4.050. Angka tersebut naik ketimbang GNI pada 2018 yang cuma US$3.840.
Status Indonesia naik bersama 6 negara lain, yakni Benin, Mauritius, Nepal, Nauru, Rumania dan Tanzania.
Sebagai catatan, Bank Dunia mengklasifikasikan negara berdasar GNI dalam empat kategori. Masing-masing adalah berpendapatan rendah (kurang atau sama dengan US$1.035), berpendapatan menengah ke bawah (US$1.036-US$4.045), menengah ke atas (US$4.046-US$12.535), serta berpendapatan tinggi (di atas US$12.535).