• News

Politisi Golkar Minta Kementan Jangan Asal Klaim Stok Pangan Aman

Yahya Sukamdani | Jum'at, 19/06/2020 20:39 WIB
Politisi Golkar Minta Kementan Jangan Asal Klaim Stok Pangan Aman Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo memeriksa stok pangan

Katakini.com  - Politikus yang juga Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Golkar, Firman Soebagyo meminta agar Kementerian Pertanian waspada dan jangan asal mengklaim stok kebutuhan pangan nasional aman hingga 2020.

“Hasil panen tidak bisa dihitung hanya dengan matematika atau menggunakan angka ramalan yang rata-rata di targetkan dengan 6 ton,” kata Firman Soebagyo melalui keterangannya di Jakarta, Jumat (19/06/2020).

Menurutnya, hasil  panen sangat bergantung dengan cuaca, kesuburuan tanah dan dukungan irigasi serta ketersediaan pupuk yang memadai.

“Karena pemerintah sudah menjamin panen raya diperkirakan akan mencapai 4,5 juta ton/hari. Artinya bahwa itu bagus, tetapi pemerintah juga harus waspada karena iklim kemarau ini kan juga harus diprediksi dan kemudian tingkat produksi pangan di tiap daerah juga tidak sama seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan di provinsi lainnya semua tidak sama,” kata Firman.

Pada kesempatan ini, Firman juga meminta agar Kementan tidak asal main klaim stok pangan akan aman sampai akhir tahun.

Sebab, apabila klaimnya itu ternyata meleset dari prediksi, maka hal ini bisa saja dimanfaatkan oleh oknum atau mafia pangan untuk masuk dan mengacaukan stok pangan.

Firman mengatakan, gejolak ini bisa menjadi objek pelaku di sektor pangan atau mafia pangan untuk bergerak memainkan peran. Untuk itu, dia meminta data tersebut dikroscek lagi.

"Produksi pangan ditingkat daerah itu kan tidak sama, tergantung kondisi dan juga kesuburan lahannya. Apalagi, bila ada unsur hara tanahnya itu dibawah 3 persen pastinya itu tidak bisa panen diatas 4 sampai 5 ton," katanya.

“Oleh karena itu, mereka harus hati-hati menetapkan produksi pangan jangan sampai lengah. Lengah dalam arti prediksinya tidak tepat sehingga nanti akan berpengaruh pada stok pangan nasional. Kalau itu terjadi makan bisa menimbulkan gejolak dimasararakat,” tambah dia.

Firman juga meminta Kementan untuk menginventarisir jumlah lahan pertanian di tanah air dan mengecek berapa persen kandungan unsur haranya.

Selanjutnya, pengecekan irigasi dan terakhir, kesiapan-kesiapan lain seperti tenaga manusia. Sebab, semuanya belum tersentuh mekanisasi yang diperhitungkan.

“Jadi semua ini tidak bisa seperti hanya matematika atau menggunakan angka ramalan yang rata-rata di targetkan dengan 6 ton. Dan data-datanya haruslah akurat, jangan sampai ada gejolak kedepan pada pangan kita,” kata dia.

Sebelumnya, Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi mengungkapkan, ketersediaan beras nasional hingga akhir 2020 diperkirakan aman dan mampu mencukupi kebutuhan masyarakat.

“Terhadap 11 komoditas bahan pangan pokok sampai dengan Desember umumnya aman. Artinya bahwa dari stok yang ada kemudian dari produksi berjalan pada semester pertama serta produksi pada semester kedua, kita perkirakan aman,” kata Agung saat menjadi pembicara dalam Webinar Dies Natalis Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (9/6/2020).

Berdasarkan hasil perhitungan prognosa ketersediaan dan kebutuhan beras tahun 2020, dengan jumlah penduduk lebih dari 269 juta jiwa dan kebutuhan beras nasional sebesar 111,58 kg/kap/th, total kebutuhan beras diperkirakan mencapai 30,08 juta ton.

Sementara itu, perkiraan produksi beras nasional pada tahun 2020, diprediksi mencapai 30,26 juta ton, sehingga terdapat surplus beras sekitar 175,87 ribu ton.

Dengan adanya stok awal tahun 2020 sebesar 5,94 juta ton (berdasarkan laporan neraca kumulatif surplus/defisit dari BPS), maka pada akhir tahun 2020 akan terdapat surplus beras sekitar 6,11 juta ton.

“Surplus beras 6,11 juta ton ini cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional bahkan hingga awal tahun 2021,” tambahnya.

Data produksi beras tersebut dihitung berdasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) BPS, yang merupakan data realisasi bulan Januari-April 2020 dan potensi luas panen dan produksi bulan Mei-Juli 2020.

Sedangkan prediksi produksi beras bulan Agustus-Desember 2020, berdasarkan data Angka Sasaran Produksi Padi Tahun 2020 Ditjen Tanaman Pangan dengan mempertimbangkan faktor koreksi puso sekitar 4 persen sebagai dampak covid-19.

“Memang apabila dilihat dari neraca bulanan, ada bulan-bulan tertentu terjadi defisit, tetapi akan dapat terpenuhi dari carry over bulan-bulan sebelumnya. Sebagai gambaran, stok beras pada akhir Mei 2020 sekitar 3,62 juta ton yang terdapat di Perum Bulog 1,46 juta ton, di Penggilingan 1,38 juta ton, serta di Pedagang 0,77 juta ton,” ujar Agung.

“Stok tersebut belum memperhitungkan stok di rumah tangga, hotel, restoran, katering, industri, dan lainnya,” tambah Agung. Berdasarkan data surplus dan defisit beras kumulatif dari BPS, pada Januari hingga Mei 2020 dan memperhitungkan carry over surplus 2019, ada surplus beras sebesar 8,45 juta ton pada akhir Mei 2020.

Mencermati kondisi dan data tersebut, Agung meyakini jika ketersediaan beras nasional sampai akhir tahun 2020 dalam kondisi cukup dan aman, bahkan sampai dengan awal tahun 2021.

FOLLOW US