• News

Jokowi Harus Belajar ke JK Soal Berdamai dengan Virus Corona

Ananda Nurrahman | Jum'at, 22/05/2020 03:05 WIB
Jokowi Harus Belajar ke JK Soal Berdamai dengan Virus Corona Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla

Katakini.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang ingin masyarakat berdamai dengan Virus Corona sangat tidak tepat.

Hal ini diungkapkan  Anggota Komisi I DPR RI, Hillary Brigitta Lasut. Ia khawatir, dengan mengajak damai Virus Corona, nantinya malah korban meninggal akibat Covid-19 semakin banyak. Sebab, Virus Coroba bukan spesies yang bisa diajak berdamai.

Untuk itu, Ia menyarankan Jokowi agar mau mendengar dan belajar penanganan virus Corona dari Mantan Wapres yang juga menjabat sebagai Ketum PMI, Muhammad Jusuf Kalla.

Sebab, sampai hari ini, belum ada satu pun negara yang siap 100 persen menemukan solusi jitu untuk menghadapi Pandemi Global ini. 

"Saya setuju sekali dengan usul Pak JK, Kita tidak bisa berdamai dengan corona, belajar dari brazil yang korban jiwa mencapai belasan ribu bahkan mungkin sudah puluhan ribu per detik ini, apalagi kepada penduduk senior yang jauh lebih rentan, seperti pak JK," kata Hillary seperti yang dikutip dari Jurnas, Kamis (21/05/2020).

Putri Bupati Kabupaten Talaud, Elly Engelbert Lasut ini menilai saat ini pemerintah sedang bingung, apakah akan memilih melawan Virus Corona atau menyelamatkan ekonomi.

"Saat ini pemerintah `Galau`, menimbang-nimbang antara meminimalisir jumlah potensi kerugian (termasuk korban jiwa) akibat infeksi covid dan potensi kerugian akibat resesi ekonomi, masyarakat yang hidup `pay check by pay check` bisa kelaparan karena dirumahkan, di PHK ataupun gagal usaha," katanya.

"Kehancuran ekonomi yang juga secara ilmiah terbukti dapat meningkatkan jumlah kriminalitas dan kelaparan yang juga menyebabkan kerugian besar dan potensi korban jiwa yang besar dan mungkin setara, melihat mulai marak lagi pencurian dengan kekerasan, pembegalan, dan economic-related crimes (Kejahatan terkait ekonomi) lainnya," Imbuh Hillary.

Masih kata Hillary, konsep the new normal akibat pelonggaran `peace with covid-19` juga berpotensi menjadi mimpi buruk bagi bangsa indonesia. Sebab, konsep itu memiliki konsekuensi yang cukup besar.

"Jangan sampai konsekuensinya, melihat ribuan jenazah di jalanan positif covid menjadi hal yang `Normal`, tapi disisi lain kita juga tidak ingin kriminalitas yang berakibat kematian, kelaparan dan depresi akibat resesi menjadi hal normal. Bayangkan pilihan yang dihadapi oleh pemerintah (berat)," katanya.

Meski demikian, Hillary mengakui pemerintah sudah cukup responsif dan perhitungan yang matang untuk menangani virus Corona.

Menurutnya, Jika pemerintah dan perekonomian Indonesia mampu terus bertahan ditengah badai Corona, maka masih ada harapan untuk menangani Covid-19.

"Kita tidak bisa menyalahkan pemerintah, karena pasti pemerintah sudah melakukan hitung-hitungan. Kalau Pandemi disaat pemerintah dan ekonomi masih bertahan, masih bisa ada upaya untuk menangani covid, pembagian sembako, swasta dan para pengusaha bergotong royong mencukupi kebutuhan medis, membangun rumah sakit dan menambah tenaga kesehatan, mungkin masih ada harapan buat Indonesia," katanya.

Sebaliknya, jika sektor ekonomi lumpuh dan pemerintah tak mampu lagi bertahan, ia khawatir, negara tak mampu lagi membantu rakyat.

"Tapi bayangkan bila Ekonomi Runtuh, pengusaha dalam negeri pada pailit, Negara tidak mampu lagi mengadakan bansos maupun jaminan kesehatan. Perusahaan dan BUMN penjamin runtuh, dengan apa kita memberi makan tenaga kesehatan dan menyiapkan obat2an?" Tanya Hillary.

"Either way, corona tetap akan menyebar. Ujungnya, tetap menunggu vaksin dan obat. Tapi selama itu, jalur mana yang akan kita tempuh, dan resiko mana yang akan kita ambil?," ujar dia.

FOLLOW US