Wakil Ketua Komisi X DPR RI MY Esti Wijayati (Foto: RRI)
JAKARTA - Wakil Ketua Komisi X DPR RI MY Esti Wijayati mengingatkan, perhatian terhadap mahasiswa terdampak bencana tidak boleh hanya difokuskan pada mereka yang berada di lokasi bencana, tetapi juga harus mencakup mahasiswa perantau yang sedang menempuh pendidikan jauh dari daerah asal.
Menurutnya, mahasiswa yang berasal dari daerah bencana, meskipun sedang berada di luar wilayah tersebut, tetap mengalami tekanan psikologis dan kesulitan ekonomi yang signifikan sehingga perlu mendapatkan penanganan khusus.
“Penanganan mahasiswa yang terkena dampak bencana itu tidak hanya untuk mereka yang berada di lokasi. Mahasiswa yang berada di luar lokasi bencana tetapi berasal dari daerah bencana mesti mendapatkan perhatian serius. Dua-duanya harus diperhatikan,” kata MY Esti dalam keterangan resmi dikutip pada Minggu (14/12).
Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini juga menyoroti resiko terburuk yang mungkin dialami mahasiswa terdampak, yaitu drop out (DO). Ia meminta kampus memberikan berbagai bentuk dispensasi akademik agar mereka tidak kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan.
“Mereka harus dijaga betul, jangan sampai ada DO. DO bisa terjadi karena skripsi tertunda, atau tidak bisa mengikuti ujian akhir semester, dan hal lainnya. Ini harus ada perlakuan khusus,” katanya.
Perlakuan khusus tersebut, lanjutnya, harus berlaku baik untuk mahasiswa yang sedang berada di wilayah bencana, maupun mereka yang menjadi korban tetapi sedang berkuliah di luar daerah.
Sementara itu, Rektor Universitas Udayana melaporkan bahwa terdapat sekitar 120 mahasiswa yang berasal dari wilayah terdampak bencana. Saat ini kampus tengah mendata berapa dari jumlah tersebut yang benar-benar mengalami dampak langsung.
MY Esti menjelaskan bahwa proses identifikasi ini penting untuk menentukan bentuk bantuan, pendampingan, hingga dispensasi akademik yang dibutuhkan masing-masing mahasiswa.
Komisi X melalui Ditjen Dikti Ristek mendorong seluruh kampus di Indonesia untuk menggerakkan semangat gotong royong dalam membantu mahasiswa terdampak bencana.
“Kami meminta seluruh kampus dan masyarakat bergotong royong supaya mereka bisa tetap makan dengan baik, melanjutkan kuliah dengan baik,” ujar My Esti.
Ia mencontohkan beberapa kampus yang sudah mengaplikasikan nilai gotong royong Pancasila melalui kebijakan pembebasan UKT untuk mahasiswa terdampak bencana.
“Kalau mereka tidak bisa membayar uang kuliah, negara harus hadir. Atau kampus bisa bergotong royong seperti Unesa yang menggratiskan ratusan mahasiswa, atau UPI yang membebaskan biaya sampai semester delapan. Itu menunjukkan komitmen nilai-nilai Pancasila,” jelasnya.
MY Esti mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa mahasiswa terdampak bencana tidak merasa sendirian. Ia menekankan bahwa dukungan moral sama pentingnya dengan dukungan finansial.
“Jangan biarkan mereka sendiri, jangan biarkan mereka putus asa. Kita harus memberi semangat bahwa kita bersaudara, kita satu bangsa. Kalian tetap kami perhatikan dan akan bisa melanjutkan kuliah dengan baik,” ujarnya.
Ia menutup dengan pesan agar para mahasiswa tetap berjuang menyelesaikan pendidikan:“Seluruhnya dilakukan agar masa depan mereka tetap terjaga. Selesaikan kuliahmu dengan baik, tatap masa depanmu,"pungkasnya.