• Gaya Hidup

Ini Sejarah Hari Monyet Sedunia yang Diperingati Tiap 14 Desember

Agus Mughni Muttaqin | Minggu, 14/12/2025 19:06 WIB
Ini Sejarah Hari Monyet Sedunia yang Diperingati Tiap 14 Desember Ilustrasi monyet (FOTO: UNSPLASH)

JAKARTA - Hari Monyet Sedunia atau Monkey Day diperingati setiap 14 Desember sebagai hari peringatan hewan internasional tidak resmi yang merayakan seluruh spesies primata, termasuk monyet, kera, lemur, dan tarsius. Peringatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran publik, khususnya generasi muda, terhadap perlindungan primata non-manusia.

Dikutip dari berbagai sumber, peringatan tersebut pertama kali muncul pada 14 Desember 2000 atas gagasan Casey Sorrow, mahasiswa seni di Michigan State University, Amerika Serikat. Pada awalnya, Monkey Day hanya merupakan candaan di lingkungan mahasiswa sebelum berkembang menjadi tradisi yang lebih luas.

Seiring waktu, popularitas Hari Monyet Sedunia meningkat setelah dipromosikan oleh seniman dan kartunis Eric Millikin melalui karya seni, komik, serta kampanye kreatif di media digital. Dari sana, peringatan ini menarik perhatian komunitas internasional dan menyebar ke berbagai negara.

Kini, Monkey Day dirayakan secara luas di sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Thailand, Jerman, Turki, India, hingga Kolombia. Dukungan juga datang dari organisasi dan media ternama, termasuk Greenpeace, National Geographic, dan The Washington Post.

Di balik perayaannya yang unik, Hari Monyet Sedunia mengangkat isu serius terkait ancaman terhadap primata, mulai dari perusakan habitat hingga perdagangan satwa ilegal. Momentum ini dimanfaatkan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian primata dan ekosistemnya.

Selain itu, peringatan ini turut mengingatkan manusia akan kedekatan hubungan biologis dengan primata serta peran vital mereka dalam keseimbangan alam. Meski bukan hari peringatan resmi internasional, Hari Monyet Sedunia terus menjadi ruang refleksi dan ajakan global untuk lebih peduli terhadap satwa liar dan lingkungan. (*)