Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mendorong perumusan bersama pengembangan Situs Patiayam sebagai kawasan purbakala penting di Kudus dan Pati (Foto: MPR)
JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan langkah lanjutan pascaekskavasi Situs Patiayam penting untuk dirumuskan bersama, sebagai bagian dari upaya pengembangan dan pelestarian kawasan situs purbakala yang membentang di wilayah Kudus dan Pati, Jawa Tengah itu.
"Ancaman dari alam yang sering berubah secara ekstrem dan masyarakat yang tidak peduli terhadap pelestarian benda-benda bersejarah di Situs Patiayam harus disikapi bersama dengan langkah nyata," kata Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulis dikutip Senin (24/11).
Lestari menegaskan hal itu secara daring dalam acara Forum Diskusi Aktual Berbangsa Bernegara (FDABB) bertema Memahami Situs Patiayam dalam Konteks Prasejarah Indonesia, bersama para pakar arkeologi, pakar geologi, dan pakar kesehatan di kawasan situs purbakala Patiayam, Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (22/11) malam.
Hadir pada acara tersebut antara lain Prof. Dr. Truman Simanjuntak (Ketua Center for Prehistoric and Austronesian Studies/CPAS Indonesia); Prof. Dr. Francois Semah (Muséum national d`Histoire Naturelle, Perancis); Prof. Dr. Ir. Sri Mulyaningsih (Universitas AKPRIND); Prof. Dr. Ir. Sutikno Bronto (Universitas AKPRIND); dan Ir. Ferry Fredy Karwur (Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana).
Selain itu hadir pula secara daring Bupati Kudus Dr. Ars. Sam`ani Intakoris, dan jajarannya, serta Kepala Desa Terban, Patiayam, Kudus, Supeno.
Lebih lanjut, Rerie, sapaan akrab Lestari, mendorong agar pihak-pihak terkait dapat segera mengidentifikasi tantangan dan peluang agar situs purbakala Patiayam menjadi bagian dari pengembangan kebudayaan bangsa Indonesia.
Menurut Ketua CPAS Indonesia, Truman Simanjuntak, Situs Patiayam adalah situs purbakala yang lengkap dan unik karena terisolasi dari situs hominid yang lain.
Truman juga menambahkan, potensi penggalian dapat dikembangkan ke lokasi lain seperti daerah berlapis batuan formasi Slumprit yang diperkirakan berusia sekitar 800 ribu tahun.
Menurut dia, keamanan fosil, kerja sama dengan masyarakat, pemberian tali asih, dan sertifikat bagi penemu fosil harus konsisten diterapkan sebagai bagian dari upaya menjaga kelestarian Situs Patiayam.
"Situs Patiayam ini khas, lengkap, dan kaya. Kawasan ini merupakan kekayaan bangsa yang tersembunyi," ujar Truman.
Francois Semah berpendapat bahwa penelitian harus berkelanjutan dan dilakukan bertahap. Temuan ekskavasi tiga tahun terakhir di Patiayam memiliki prospek menjanjikan untuk riset masa depan. Dia menyarankan agar tahap selanjutnya diarahkan ke lokasi mendekati muara sungai sebagai tempat hidup manusia masa lalu.
"Kalau kita ketemu sungai di masa lalu, ada kemungkinan kita akan ketemu artefak batu, fosil, bahkan mungkin fosil manusia," ujarnya.
Pakar geologi Sri Mulyaningsih menyebut aktivitas vulkanik Gunung Muria di masa lalu membentuk cekungan batuan (maar) yang menjadi habitat makhluk hidup.
Sementara itu, Sutikno Bronto menekankan perlunya perubahan paradigma penelitian dari geologi sedimenter ke geologi gunung api.
"Jadi ke depan tantangan penelitian di Patiayam dan Semenanjung Muria adalah bagaimana para peneliti bisa mendalami penelitian juga dari kaca mata geologi gunung api," ujar Sutikno.
Menurut Sutikno, hal ini akan memperluas area penelitian tidak hanya di Situs Patiayam tetapi juga kawasan sekitar Semenanjung Muria.
Dekan FIK UKSW Ferry Fredy Karwur menilai masih ada kesenjangan pemahaman antara ilmuwan dan masyarakat terkait pentingnya Situs Patiayam.
"Kondisi ini peluang bagi Situs Patiayam untuk menjadi bagian dari upaya mempersempit gap tersebut," ujar Ferry.
Ia menekankan perlunya model penataan ruang yang memperhatikan kepentingan sosial masyarakat sekaligus pelestarian situs. Menurut Ferry, Patiayam berpotensi menjadi laboratorium lapangan bagi masyarakat dan mendorong lahirnya ilmuwan lokal di bidang arkeologi, geologi, dan vulkanologi.
Pemerintah Kabupaten Kudus berkomitmen mendukung pelestarian dan pengembangan Situs Patiayam melalui anggaran tali asih dan sertifikat penemu fosil. Selain itu, pemerintah juga melakukan edukasi kepada masyarakat terkait pelestarian fosil di kawasan situs.