Anggota Komisi XI DPR RI, Tommy Kurniawan. Foto: dpr
JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Tommy Kurniawan, meminta pemerintah mengoptimalkan penyerapan anggaran menjelang akhir tahun, untuk mempercepat stimulasi ekonomi masyarakat.
“Penting bagi pemerintah untuk mengoptimalkan penyerapan anggaran, apalagi bulan depan sudah memasuki akhir tahun. Masih ada waktu untuk memaksimalkan realisasi anggaran agar perputaran ekonomi di masyarakat tetap terjaga,” ujar Tomkur, sapaan akrabnya, di Jakarta, Rabu (12/11).
Ia menegaskan, belanja negara yang bersifat produktif dan bersentuhan langsung dengan kepentingan publik akan memberikan efek pengganda (multiplier effect) yang signifikan. Sebaliknya, jika penyerapan anggaran tersendat, maka perputaran ekonomi masyarakat akan melambat.
Tomkur mencontohkan, program pembangunan yang mendorong investasi dan membuka lapangan kerja merupakan bentuk belanja produktif yang mampu mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
“Pembangunan yang menciptakan investasi dan lapangan kerja baru akan langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Ini harus jadi fokus akhir tahun,” kata Tommy Kurniawan.
Ia menambahkan, langkah ini sejalan dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto kepada Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi pada Selasa (11/11/2025), yang meminta adanya koordinasi lintas kementerian agar penyerapan anggaran belanja jelang tutup tahun berjalan optimal.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan hingga awal Oktober 2025, realisasi belanja pemerintah pusat baik Kementerian/Lembaga (K/L) maupun non-K/L, baru mencapai Rp1.481,7 triliun atau sekitar 55,6% dari total pagu Rp2.663,4 triliun.
“Jika kita melihat data Kementerian Keuangan, capaian ini masih jauh dari ideal menjelang triwulan terakhir. Pemerintah harus segera menggenjot penyerapan anggaran agar perputaran ekonomi lebih cepat dan stabilitas ekonomi tetap terjaga,” tegasnya.
Namun demikian, Tomkur juga mengingatkan agar pemerintah tidak mengulangi pola lama menumpuk realisasi anggaran di akhir tahun, yang justru berpotensi menurunkan kualitas belanja negara.
“Ini seperti kaset usang yang terus memutar lagu lama. Pola menumpuk anggaran di akhir tahun harus diakhiri. Jika belanja hanya dilakukan untuk menghabiskan sisa anggaran, bukan karena kebutuhan program, maka efektivitas penggunaan APBN bisa hilang,” tegasnya.
Tomkur menekankan bahwa perencanaan keuangan sejak awal seharusnya sudah memperhitungkan ritme penyerapan yang merata sepanjang tahun, bukan sekadar dikejar menjelang tutup buku.
“Belanja negara harus diarahkan untuk produktivitas, bukan sekadar memenuhi target administratif,” pungkasnya.