Arsip - model satelit ditempatkan pada gambar Bumi dalam ilustrasi ini yang diambil pada 25 November 2024 (Foto: REUTERS)
JAKARTA - Gagasan tentang planet baru yang bisa dihuni manusia selalu menarik untuk dibicarakan. Dari film fiksi ilmiah Hollywood hingga riset sungguhan yang dilakukan NASA, manusia seolah tak berhenti bermimpi menemukan “rumah kedua” di luar angkasa. Namun kenyataannya, sampai saat ini belum ada satu pun planet yang benar-benar bisa menggantikan Bumi.
Alasannya sederhana tapi mendalam: Bumi terlalu sempurna. Planet ini memiliki keseimbangan yang sangat sulit ditiru. Letaknya dari Matahari berada di jarak ideal, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin yang disebut zona laik huni atau habitable zone. Suhu ini membuat air bisa tetap dalam bentuk cair, faktor utama yang dibutuhkan bagi kehidupan.
Masalahnya, sebagian besar planet yang ditemukan melalui teleskop canggih seperti Kepler, TESS, dan James Webb Space Telescope (JWST) berjarak ratusan hingga ribuan tahun cahaya dari tata surya kita. Dengan teknologi saat ini, mustahil bagi manusia untuk menempuh jarak sejauh itu, bahkan hanya untuk melakukan pengamatan langsung.
Selain jarak, tantangan lain datang dari kondisi atmosfer. Banyak exoplanet atau planet di luar tata surya yang berukuran mirip dengan Bumi, namun kandungan atmosfernya dipenuhi karbon dioksida, metana, atau gas beracun lainnya. Beberapa di antaranya bahkan tidak memiliki medan magnet pelindung seperti Bumi, padahal pelindung inilah yang menahan radiasi berbahaya dari Matahari agar tidak menghancurkan kehidupan.
Faktor gravitasi juga berperan besar. Planet yang terlalu kecil akan kehilangan atmosfernya karena gravitasi lemah, sedangkan planet yang terlalu besar memiliki gravitasi begitu kuat hingga manusia nyaris tak bisa bergerak di permukaannya. Bumi, sekali lagi, berada di titik tengah yang sempurna.
Beberapa planet yang pernah disebut sebagai kandidat “Bumi kedua”, seperti Kepler-452b atau TOI-700 d memang menarik perhatian para ilmuwan. Tapi sejauh ini belum ditemukan bukti kuat adanya air atau oksigen dalam jumlah cukup. Tim JWST masih terus meneliti atmosfer planet-planet tersebut untuk mencari tanda-tanda kimia kehidupan, seperti jejak ozon, oksigen, atau metana.
Meski belum ada hasil yang menunjukkan planet seideal Bumi, pencarian ini tidak sia-sia. Setiap penemuan baru memberi gambaran betapa luar biasanya planet kita ini. Dari miliaran bintang dan planet di galaksi Bima Sakti, Bumi masih menjadi satu-satunya tempat di mana kehidupan dapat bertahan.
Jadi, jika kamu pernah berpikir untuk “pindah planet”, mungkin ini saatnya untuk berpikir ulang atau sekadar bersyukur. Karena sejauh ini, tidak ada dunia lain di alam semesta yang bisa menandingi keseimbangan, kehangatan, dan kenyamanan Bumi, rumah terbaik yang pernah kita miliki.