• Oase

Apakah Membenci Nabi SAW Termasuk Kemunafikan?

Vaza Diva | Sabtu, 08/11/2025 15:15 WIB
Apakah Membenci Nabi SAW Termasuk Kemunafikan? Ilustrasi - membenci Rasulullah SAW apakah termasuk kemunafikan? (Foto: ISTOCK PHOTO)

JAKARTA - Membenci Rasulullah SAW adalah tanda nyata dari kemunafikan, karena kebencian itu muncul dari hati yang menolak kebenaran dan petunjuk Allah.

Dalam Al-Qur`an, Allah menegaskan bahwa orang beriman sejati adalah mereka yang mencintai Rasulullah SAW melebihi diri mereka sendiri.

Allah SWT berfirman dalam surah At-Taubah ayat 24:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)

Ayat ini menegaskan bahwa cinta kepada Rasulullah SAW adalah bagian dari kesempurnaan iman. Tidak cukup hanya mengaku beriman, tetapi cinta itu harus mengalahkan kecintaan kepada hal-hal duniawi.

Rasulullah SAW juga menegaskan hal serupa dalam hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidak sempurna iman seseorang hingga aku lebih ia cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menjelaskan bahwa cinta kepada Nabi Muhammad SAW bukan sekadar ucapan di lisan, tetapi harus dibuktikan dengan ketaatan terhadap sunnah dan ajarannya. Barang siapa membenci Rasul, berarti ia menolak risalah yang dibawanya, sebuah sifat yang mencerminkan kemunafikan, karena dalam hatinya ada penyakit dan keraguan terhadap wahyu.

Allah SWT juga memperingatkan dalam Surah Muhammad ayat 9:

ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ

“Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka membenci apa yang diturunkan Allah, maka Allah menghapus amal-amal mereka.” (QS. Muhammad: 9)

Ayat ini menunjukkan bahwa membenci Rasul dan ajarannya sama saja dengan membenci wahyu Allah. Walaupun seseorang mengaku sebagai Muslim, bila hatinya tidak ridha terhadap Rasul dan syariatnya, maka keimanannya belum benar di sisi Allah.

Maka dari itu, mencintai Rasulullah SAW bukan sekadar bentuk penghormatan, melainkan cerminan iman sejati. Umat Islam hendaknya memperbanyak salawat, mengikuti teladan beliau, dan menumbuhkan rasa cinta yang tulus agar memperoleh rahmat Allah dan keberkahan hidup di dunia serta akhirat.