Para pelayat mempersembahkan bunga dan doa untuk mendiang Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, yang ditembak saat berkampanye untuk pemilihan parlemen pada tahun 2022, di kuil Zojoji di Tokyo, Jepang, 8 Juli 2023. REUTERS
TOKYO - Seorang pria yang dituduh menembak mati mantan Perdana Menteri Shinzo Abe akan diadili pada hari Selasa, tiga tahun setelah pembunuhan perdana menteri terlama di Jepang tersebut. Pembunuhan itu menggemparkan negara di mana kejahatan senjata dan kekerasan politik jarang terjadi.
Sidang dibuka pada hari yang sama ketika dua mantan sekutu Abe, Perdana Menteri petahana Sanae Takaichi dan Presiden AS Donald Trump yang sedang berkunjung, mengadakan pertemuan puncak.
Tetsuya Yamagami, 45, ditangkap di lokasi penembakan pada Juli 2022 setelah diduga menembaki Abe dengan senjata rakitan saat mantan perdana menteri tersebut berpidato dalam kampanye pemilihan umum di kota Nara, Jepang bagian barat.
Yamagami menyalahkan Abe karena mempromosikan Gereja Unifikasi, sebuah kelompok agama yang ia benci setelah ibunya menyumbang sekitar 100 juta yen ($663.218), lapor media lokal.
Gereja Unifikasi didirikan di Korea Selatan pada tahun 1954. Gereja ini terkenal dengan pernikahan massalnya dan menganggap pengikut Jepang sebagai sumber pendapatan utama. Setelah menjalani sidang praperadilan, Yamagami akan mengakui pembunuhan tersebut sambil membantah sebagian dakwaan terkait pelanggaran Undang-Undang Pengendalian Senjata Api dan Pedang serta Undang-Undang Pembuatan Persenjataan, ujar seorang pejabat di Pengadilan Distrik Nara.
Penembakan tersebut diikuti oleh pengungkapan bahwa lebih dari seratus anggota parlemen dari Partai Demokrat Liberal pimpinan Abe memiliki hubungan dengan Gereja Unifikasi, yang menurunkan dukungan publik terhadap partai yang berkuasa, yang kini dipimpin oleh Takaichi.
Setelah sidang pertama pada hari Selasa, yang dimulai pukul 14.00 (05.00 GMT), 17 sidang lagi dijadwalkan pada akhir tahun sebelum putusan dijatuhkan pada 21 Januari.