Sebuah kendaraan hipersonik Castelion diuji coba di Gurun Mojave, California, AS, 9 Maret 2024. Handout via REUTERS
WASHINGTON - Perusahaan rintisan pertahanan Castelion mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka telah memenangkan kontrak untuk mengintegrasikan senjata serang hipersonik Blackbeard dengan sistem Angkatan Darat AS yang ada. Ini adalah langkah pertama yang memungkinkan militer untuk menempatkan senjata yang kuat dan hampir tak terhentikan tersebut di seluruh dunia.
AS dan Tiongkok terlibat dalam perlombaan senjata untuk mengembangkan senjata hipersonik paling mematikan, yang melaju di atmosfer atas dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara dan dirancang untuk menghindari pertahanan konvensional.
Castelion akan bekerja sama dengan Angkatan Darat untuk mengintegrasikan sistem senjata Blackbeard ke dalam platform operasional seperti Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) Angkatan Darat.
HIMARS kini menjadi senjata yang dikenal luas setelah rekaman perang di Ukraina menunjukkan peluncurnya beraksi.
Perusahaan-perusahaan AS seperti Castelion, Stratolaunch, Raytheon, unit dari RTX, dan Lockheed Martin, semuanya sedang berupaya mengembangkan senjata hipersonik, yang dapat menghasilkan kontrak-kontrak besar.
Ketentuan kontrak integrasi dengan Angkatan Darat dan Angkatan Laut tidak diungkapkan dalam pernyataan dari Castelion. Permintaan anggaran Presiden AS Donald Trump untuk tahun 2026 kepada Kongres - yang belum disahkan - mengalokasikan $25 juta untuk integrasi serupa di masa mendatang.
Blackbeard, senjata serang hipersonik pertama Castelion, dirancang untuk produksi massal dan penerjunan cepat dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan senjata-senjata lama. Perusahaan ini menargetkan produksi ribuan senjata setiap tahunnya dengan kapasitas produksi penuh, dengan target biaya ratusan ribu dolar per unit.
Kontrak-kontrak ini merupakan langkah signifikan dalam memperluas pilihan senjata hipersonik bagi Pentagon yang berupaya memiliki kemampuan serangan yang lebih terjangkau.
Tiongkok dan Rusia sama-sama memiliki program senjata hipersonik yang kompetitif dalam persaingan geopolitik untuk mengembangkan dan mengoperasikan rudal yang dapat berubah arah saat melaju beberapa kali kecepatan suara.