• Bisnis

Bela Pembatasan Tanah Jarang, Tiongkok Kecam Ancaman Tarif 100 Persen Donald Trump

Tri Umardini | Senin, 13/10/2025 05:05 WIB
Bela Pembatasan Tanah Jarang, Tiongkok Kecam Ancaman Tarif 100 Persen Donald Trump Presiden AS Donald Trump menghadiri pertemuan bilateral dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping selama KTT G20 di Osaka, Jepang, 29 Juni 2019. (FOTO: REUTERS)

JAKARTA - China menyebut tarif baru Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap barang-barang China munafik saat membela pembatasan ekspor elemen tanah jarang dan peralatan, namun tidak sampai mengenakan bea tambahan terhadap impor AS.

Dalam pernyataan panjang pada hari Minggu (12/10/2025), Kementerian Perdagangan Tiongkok mengatakan bahwa kontrol ekspornya terhadap tanah jarang, yang oleh Donald Trump disebut sebagai "mengejutkan" dan "sangat bermusuhan", diberlakukan sebagai respons terhadap serangkaian tindakan AS sejak perundingan dagang mereka diadakan di Madrid, Spanyol, bulan lalu.

"Sikap Tiongkok konsisten," kata kementerian dalam sebuah pernyataan yang diunggah daring.

"Kami tidak menginginkan perang tarif, tetapi kami tidak takut akan perang tarif."

Donald Trump pada hari Jumat membalas pembatasan Tiongkok atas ekspor tanah jarang dengan mengumumkan tarif 100 persen atas ekspor Tiongkok ke AS dan kontrol ekspor baru atas perangkat lunak penting, yang berlaku mulai 1 November.

Beijing mengutip keputusan Washington untuk memasukkan perusahaan-perusahaan Tiongkok ke dalam daftar hitam dan mengenakan biaya pelabuhan pada kapal-kapal yang terkait dengan Tiongkok sebagai contoh dari apa yang disebutnya tindakan “provokatif dan merusak”, menyebut ancaman tarif Trump sebagai “contoh khas standar ganda”.

"Tindakan-tindakan ini telah sangat merugikan kepentingan Tiongkok dan merusak suasana perundingan ekonomi dan perdagangan bilateral. Tiongkok dengan tegas menentangnya," ujar kementerian tersebut.

Tidak seperti putaran tarif balasan sebelumnya, Tiongkok belum mengumumkan tindakan balasan apa pun.

Logam tanah jarang telah menjadi titik kritis utama dalam negosiasi perdagangan baru-baru ini antara kedua negara adidaya. Logam ini penting untuk memproduksi berbagai hal, mulai dari ponsel pintar dan kendaraan listrik hingga perangkat keras militer dan teknologi energi terbarukan.

Tiongkok mendominasi produksi dan pemrosesan global bahan-bahan ini. Pada hari Kamis (9/10/2025), Tiongkok mengumumkan kontrol baru terhadap ekspor teknologi yang digunakan untuk penambangan dan pemrosesan mineral penting.

Ketegangan perdagangan yang kembali memanas antara dua ekonomi terbesar dunia juga berisiko menggagalkan potensi pertemuan puncak antara Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik di Korea Selatan akhir bulan ini.

Pertemuan ini akan menjadi pertemuan tatap muka pertama mereka sejak Donald Trump kembali berkuasa pada bulan Januari.

Perselisihan ini juga telah mengguncang pasar global, menyeret turun saham teknologi utama dan mengkhawatirkan perusahaan yang bergantung pada dominasi China dalam pemrosesan tanah jarang.

Sementara itu, kementerian ekonomi Taiwan pada hari Minggu mengatakan pembatasan ekspor terbaru China terhadap unsur tanah jarang tidak mungkin berdampak pada industri semikonduktornya.

"Unsur-unsur tanah jarang yang tercakup dalam larangan yang diperluas ini berbeda dengan unsur-unsur yang dipersyaratkan dalam proses semikonduktor Taiwan, sehingga diperkirakan tidak akan ada dampak signifikan terhadap produksi chip saat ini," ujar kementerian tersebut.

Taiwan, yang merupakan rumah bagi raksasa chip TSMC, mengatakan bahwa pihaknya mendapatkan sebagian besar produk tanah jarangnya dari Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. (*)