JAKARTA - Dalam ajaran Islam, mati syahid memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Syahid bukan sekadar wafat dalam keadaan tertentu, tetapi sebuah kemuliaan yang dijanjikan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya yang berjuang dengan ikhlas di jalan-Nya.
Karena itu, tidak heran jika mati syahid sering disebut sebagai salah satu kematian paling mulia yang didambakan kaum Muslimin.
Al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW banyak menyinggung tentang keutamaan orang-orang yang wafat syahid. Mereka tidak dianggap mati dalam arti sesungguhnya, melainkan tetap hidup dengan mendapatkan rezeki dari sisi Allah. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran ayat 169:
وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتًۭاۚ بَلْ أَحْيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS. Ali Imran: 169)
Keutamaan Mati Syahid
Pertama, orang yang mati syahid dijanjikan ampunan dosa sejak tetesan darah pertamanya. Dalam hadis riwayat Muslim disebutkan:
“Seorang syuhada akan diampuni dosanya sejak pertama kali darahnya tertumpah.” (HR. Muslim, no. 1876)
Kedua, mereka akan mendapatkan kemuliaan langsung di sisi Allah. Tidak hanya diampuni dosanya, para syuhada juga dijanjikan kenikmatan surga tanpa melalui hisab yang memberatkan.
Ketiga, syuhada memperoleh kedudukan tinggi di surga. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa mereka berada pada derajat yang tidak bisa dicapai hanya dengan ibadah biasa, melainkan dengan pengorbanan jiwa dan raga di jalan Allah.
Keempat, syuhada diberi kemuliaan untuk memberi syafaat bagi keluarganya. Dalam hadis riwayat Ahmad, seorang syuhada dapat memberi syafaat bagi 70 anggota keluarganya, sehingga mereka pun mendapat pertolongan di hari kiamat.