JAKARTA - Anggapan bahwa minum segelas wine atau bir setiap hari bisa menjaga kesehatan otak kini terbantahkan.
Sebuah studi berskala besar yang dipublikasikan di BMJ Evidence-Based Medicine menyimpulkan, tidak ada tingkat konsumsi alkohol yang aman terhadap risiko demensia bahkan dalam jumlah kecil sekalipun.
Selama ini, banyak penelitian observasional menampilkan pola berbentuk huruf U: non-peminum dan peminum berat lebih berisiko, sementara peminum ringan tampak lebih aman.
Namun, pola ini ternyata menyesatkan. Hal itu bisa dipengaruhi oleh reverse causation, yakni orang yang mulai mengurangi alkohol setelah muncul gejala awal demensia, atau karena kelompok non-peminum sering bercampur dengan mantan peminum berat maupun orang yang sudah memiliki penyakit lain.
Untuk mengurangi bias, para peneliti menggunakan metode genetik Mendelian randomization dengan menganalisis data sekitar 2,4 juta orang.
Hasilnya jelas, yakni semakin tinggi paparan alkohol sepanjang hidup, semakin besar pula risiko terkena demensia. Tidak ada “titik aman” di tengah, dan risiko terbesar ada pada individu dengan gangguan penggunaan alkohol (alcohol use disorder/AUD).
Temuan ini menegaskan bahwa upaya mengurangi angka AUD akan berdampak langsung pada pencegahan demensia.
Meski demikian, peneliti mengingatkan bahwa menjaga kesehatan otak tidak hanya bergantung pada menjauhi alkohol, melainkan juga dipengaruhi gaya hidup sehat mulai dari menjaga tekanan darah, tidur cukup, hingga tetap aktif secara fisik dan sosial.
Sumber: Earth