• Bisnis

2025, BI Proyeksi Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,12 Persen

Budi Wiryawan | Selasa, 23/09/2025 01:05 WIB
2025, BI Proyeksi Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,12 Persen Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (foto: fajar.co.id)

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) proyeksikan tahun 2025 ini, ekonomi Indonesia akan berada di level 5,1 persen.

“Secara keseluruhan kami memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi kini di tahun 2025 ini dapat berada di atas titik tengah kisaran 4,6 sampai dengan 5,1 persen. Kami perkirakan itu 5,1 persen atau sedikit lebih tinggi dari yang secara keseluruhan untuk tahun 2025,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI, Senin (22/9/2025).

Perry menjelaskan, perekonomian nasional pada kuartal II 2025 tumbuh sebesar 5,12 persen, sebuah capaian yang patut disyukuri.

Namun, pada kuartal III sejumlah indikator masih menunjukkan perlunya upaya tambahan untuk memperkuat konsumsi rumah tangga, investasi, dan penciptaan lapangan kerja.

“Konsumsi rumah tangga masih belum kuat karena ekspektasi konsumen, khususnya kelompok menengah ke bawah serta terbatasnya ketersediaan lapangan kerja. Demikian juga investasi juga perlu diperkuat dengan realisasi berbagai program-program prioritas, termasuk pengembangan kawasan ekonomi khusus,” jelasnya.

Menurut Perry, ekspor tetap menjadi penopang perekonomian, khususnya dari komoditas pertanian dan manufaktur seperti CPO ke India.

Namun, ke depan, diperlukan sinergi lebih erat antara kebijakan moneter BI dengan stimulus fiskal dan sektoral pemerintah.

“Oleh karena itu, untuk ke depan kami terus melakukan sinergi dengan pemerintah agar kebijakan-kebijakan pelonggaran yang kami tempuh dari sisi bank sentral dapat bersinergi dengan stimulus fiskal dan sektoral dari pemerintah, dan karenanya untuk bersama mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas perekonomian,” ujarnya.

Perry juga menyambut baik langkah pemerintah yang meningkatkan belanja negara serta melaksanakan paket kebijakan ekonomi 8+4+5 senilai Rp16,23 triliun.

Menurutnya, sinergi ini akan memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, fiskal, dan sistem pembayaran untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih optimal.

“Seluruh bauran kami adalah untuk mendorong pertumbuhan, baik di moneter, makroprudensial, maupun sistem pembayaran, dan karenanya sinergitas itu menjadi sangat penting,” tegas Perry.