JAKARTA - Indonesia memiliki sejarah panjang dalam memanfaatkan satelit sebagai jembatan yang menyatukan negeri kepulauan. Dengan ribuan pulau yang terbentang dari ujung barat hingga timur, keberadaan satelit menjadi solusi penting agar komunikasi tetap berjalan tanpa hambatan dan seluruh rakyat bisa saling terhubung.
Tonggak awal dimulai pada 8 Juli 1976, ketika Satelit Palapa A1 resmi mengorbit setelah diluncurkan dari Kennedy Space Center, Amerika Serikat. Momen ini menempatkan Indonesia sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki satelit komunikasi sendiri. Nama Palapa dipilih sebagai pengingat sumpah legendaris Mahapatih Gajah Mada, simbol tekad persatuan nusantara.
Peluncuran Palapa menjadi lebih dari sekadar pencapaian teknologi. Ia juga hadir sebagai simbol politik dan budaya, karena untuk pertama kalinya siaran televisi, radio, dan sambungan telepon dapat menjangkau pelosok negeri. Rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke akhirnya bisa menyaksikan peristiwa penting secara bersamaan.
Sejak itu, Indonesia terus melanjutkan pengembangan satelit generasi berikutnya—Palapa B2, B4, hingga C2—yang membawa peningkatan kapasitas dan teknologi. Pada masa itu, Palapa bahkan sempat dipandang sebagai lambang kebanggaan Indonesia di mata dunia.
Perkembangan selanjutnya ditandai dengan lahirnya satelit komersial seperti Indostar, Telkom, dan Garuda-1, yang semakin memperluas layanan komunikasi, termasuk televisi berbayar hingga akses internet.
Memasuki era digital abad ke-21, kebutuhan akan koneksi internet yang cepat membuat satelit kembali memegang peran vital. Dari sinilah lahir proyek satelit modern, mulai dari Nusantara Satu yang mengorbit pada 2019, hingga Nusantara 5 yang baru diluncurkan. Kehadiran satelit-satelit ini ditujukan untuk memperkuat konektivitas digital nasional, khususnya bagi daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau jaringan fiber optik.
Sebagai contoh, Nusantara 5 memiliki kapasitas besar untuk mendukung layanan internet di berbagai sektor, mulai dari pendidikan, kesehatan, perdagangan, hingga keamanan negara. Harapannya, keberadaan satelit ini mampu menghapus istilah “blank spot” dari peta Indonesia.